Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Lestari Mendamba Pemilu Online

Kompas.com - 20/09/2021, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

AKIBAT perhatian terlalu tersedot oleh kemelut pagebluk Corona maka saya kerap lupa bahwa tiga tahun lagi yaitu 2024 bangsa Indonesia akan menyelenggarakan kerja besar yaitu pemilihan umum sekaligus pemilihan presiden.

Sejak demokrasi dihadirkan oleh Orde Reformasi, saya sudah mendambakan pemilu di Indonesia dapat diselenggarakan secara online.

Deputi kemenristek Idwan Suhardi sepenuhnya mendukung dambaan saya dengan penegasan bahwa Kemenristek dan BPPT siap mengerahkan segenap ilmuwan dan teknolog terhebat Indonesia untuk secara teknis menjamin pemilu online akhirnya dapat terwujud diselenggarakan di persada Nusantara tercinta ini.

Para sahabat saya yang kebetulan ketua KPU juga mengharapkan pemilu di Indonesia diselenggarakan secara online sebab lebih terjamin mengurangi kecurangan di samping lebih cepat serta lebih akurat ketimbang pemilu konvensional di mana setiap warga harus datang nyoblos di bilik coblosan pemilu.

Menolak

Adalah keniscayaan bahwa terhadap setiap gagasan ada yang pro namun ada pula yang kontra. Maka wajar bahwa ada pihak yang menolak pemilu online dengan anggapan justru akibat dikhawatirkan akan mengurangi kemungkinan untuk melakukan kecurangan.

Terbukti setelah perpajakan menggunakan sistem online maka kecurangan pajak langsung merosot tajam.

Industri kertas wajar lebih suka pemilu yang menggunakan kertas untuk dicoblos sebab menaikkan omzet kertas secara bukan alang kepalang.

Omzet dahsyat itu langsung lenyap jika pemilu diselenggarakan secara elektronik akibat bebas kertas.

Dambaan pemilu online tak kunjung terkabul akibat ditentang mereka yang lebih diuntungkan baik secara perolehan suara mau pun duit dari pemilu bukan online.

Menghindari kerumunan

Mumpung pemilu 2024 masih tiga tahun (apalagi konon KPU sedang meninjau kemungkinan mengundur pemilu 2024 sampai dengan 2027 atau entah kapan) maka saya beikhtiar resusitasi gagasan pemilu online yang telah terkubur masih ditambah kekhawatiran atas fakta bahwa pemilu non-online pasti menghadirkan kerumunan kondusif menularkan virus penyakit yang merusak saluran pernafasan.

Dampak buruk kerumunan telah terbukti secara de facto maka tak terbantahkan oleh Lebaran 2021 yang terbukti berhasil memicu gelombang baru virus Corona beserta para varian sanak mutasi yang ganas menerkam demi merusak kesehatan bahkan merenggut begitu banyak nyawa warga Indonesia.

Perdana

Insya Allah, pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Jokowi yang tersohor semangat kerakyatan dan kemanusiaannya berkenan jauh-jauh hari membentuk tim kerja khusus fokus mempersiapkan pemilu 2024 atau entah kapan agar dapat diselenggarakan secara online demi menghindari kerumunan yang rawan mengancam kesehatan bahkan nyawa rakyat Indonesia.

Nilai manfaat penyelenggaraan pemilu secara online pada hakikatnya tidak kalah berharga bagi kepentingan rakyat ketimbang pembangunan ibu kota baru yang relatif lebih terbatas dinikmati rakyat.

Saya yakin Badan Riset dan Inovasi Nasional siap menggerakkan para ilmuwan beserta teknolog informasi dan komunikasi terhebat agar Insya Allah pada pemilu masih pada masa kepresidenan Jokowi, bangsa Indonesia mampu menyelenggarakan pemilu secara online pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia.

Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com