Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama Pandemi, Nenek dan 2 Ekor Kucingnya Ini Tak Dipelihara Negara

Kompas.com - 27/08/2021, 09:30 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Seorang nenek berusia 89 tahun, Sumirah, hidup sebatang kara ditemani dua ekor kucingnya di Surabaya tanpa bantuan dari pemerintah selama pandemi.

Ia tinggal di rumah indekos berukuran 2x3 meter dan sudah menjadi warga Kota Surabaya sejak 1959. Suaminya, Subaru, meninggal dunia pada tahun 2006 silam.

Ketika Kompas.com mendatangi rumahnya, Selasa (24/8/2021), Sumirah mengaku menggantungkan hidup dari hasil berjualan keripik dan jajanan anak-anak sejak suaminya meninggal dunia. Warga Kelurahan Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal itu tak memiliki keturunan.

Beragam pekerjaan ia lakoni demi menyambung hidup. Mulai menjadi perawat anak-anak, menjadi tukang pijat, hingga berdagang. Sayangnya, kehidupannya tak kunjung membaik.

Untuk membayar sewa indekos sebesar Rp 250.000 per bulan pun, Sumirah tak sanggup. Ia menggantungkan uluran tangan para dermawan yang berasal dari tetangga dan warga sekitar, lalu menggabungkannya dengan uang hasil penjualan keripik.

Penyebabnya; Nenek Sumirah tak pernah mendapat uluran bantuan berupa sembako maupun uang tunai dari perangkat pemerintahan setempat.

Baca juga: Nenek Sumirah, 62 Tahun Jadi Warga Surabaya, Selama Pandemi Tak Pernah Dapat Bantuan dari Pemerintah

Tak masuk daftar penerima bantuan pandemi pemerintah

Selama pandemi Covid-19, baik saat PSBB maupun PPKM saat ini, Sumirah tak pernah mendapat bantuan sekali pun dari RT, RW, kelurahan, hingga kecamatan setempat.

Melihat kenyataan itu, Sumirah mengaku sedih setiap melihat tetangga dan warga lain mengantre bantuan dari pemerintah.

Dia hanya bisa memandangi, sembari berusaha tetap mengucap syukur dalam hati lantaran masih diberi kesehatan hingga saat ini.

"Mulai corona, saya tidak dapat (bantuan) apa-apa, sumpah demi Allah, Nak. Belum pernah juga disenggol (mendapat kabar)," ujarnya. "Saya lihat orang-orang ambil beras dan duit, hati saya menangis, Nak," ujarnya.

Baca juga: Nenek Sumirah Belum Terima Bantuan Pemkot, Anggota DPRD Surabaya: 3 Hari Ini Harus Terealisasi

Sumirah benar-benar tak tahu mengapa orang seperti dirinya tak mendapatkan bantuan. "Saya sudah tanya RT/RW (terkait bantuan), katanya ndak ada jatahe (jatahnya), bilang begitu, Nak," tuturnya, menitikkan air mata.

Terakhir, kata dia, pemerintah mendata namanya perihal Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada 2009 dan 2013. Setelah itu, ia tak pernah lagi mendapatkan bantuan dari pemerintah padahal Sumirah telah menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk pendataan lebih lanjut kepada RT-RW, di antaranya seperti fotokopi KTP, KK, dan SKTM.

Namun, hingga saat ini, dirinya tak kunjung mendapatkan bantuan. 

"Saya sampai pernah bilang ke RT RW begini, 'Pak, saya mau tanya, apa saya ini gelandangan? Kok sampai tidak didata?' Lalu diminta KTP, tapi ya begitu, tidak ada kabar apa-apa," tutur dia.

Urun daya dari para tetangga

Sumirah bertahan hidup dengan belas kasihan dari para tetangga. Tetangga kos Sumirah, yakni Eni Nurhayati (38) adalah salah satu saksi matanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com