Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reza AA Wattimena
Peneliti

Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Pernah mengajar di berbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Universitas Airlangga, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Presiden, Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Universitas Multimedia Nusantara.

Ubud dalam Pelukan Sintesis Jati Diri

Kompas.com - 18/07/2021, 20:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya pertama kali menyentuh Ubud, Bali pada 2018 lalu. Wangi dupa mengisi jalan raya. Warna warni adat dan agama memperkaya udara. Saya seperti di surga.

Di Ubud, yang modern dan yang tradisional berpadu satu. Toko-toko modern dan restoran internasional berjamuran di sana. Pura-pura suci Bali dan adat asli Ubud juga hadir dalam keagungannya. Yang modern dan yang tradisional hidup bersama, saling memperkaya.

Bagi saya, Ubud, dan Bali secara keseluruhan, adalah sebuah sintesis. Ia terbuka pada yang baru dan yang global. Namun, ia tetap berakar pada adat yang menjadi jati diri aslinya. Keduanya lalu digabungkan, dan menghasilkan sesuatu yang baru, yang lebih baik.

Di masa pandemi Mei 2021, nuansa yang sama tetap terasa. Pandemi memang membuat Bali lebih sepi. Namun, keindahan dan keagungannya tetap tak ada tandingannya. Tak heran, dunia jatuh cinta pada Bali, terutama Ubud.

Begitu banyak warga asing memutuskan untuk tinggal di sana. Beberapa bahkan mengabaikan peraturan internasional terkait pandemi, karena sudah begitu jatuh cinta pada Ubud. Dunia jatuh cinta pada sintesis yang dibuat oleh warga Ubud. Saya pun juga.

Indonesia harus belajar dari Ubud dalam soal membuat Sintesis. Yang asing dan modern kita peluk. Namun, yang lokal dan tradisional tetap kita jaga. Keduanya kita gabungkan untuk menghasilkan cara hidup yang lebih tinggi.

Sintesis Hegelian

Kata sintesis digunakan secara luas di dalam filsafat Hegel, seorang pemikir Jerman. Baginya, gerak sejarah terjadi secara dialektis. Ada tesis yang merupakan posisi awal. Dari tesis lahirnya antitesis, yang merupakan lawan kontrasnya. Keduanya akan bergerak ke tingkat yang lebih tinggi, yang disebut sebagai sintesis.

Sintesis adalah perpaduan antara tesis dan antitesis. Namun, ia lebih tinggi dari keduanya. Dalam jangka waktu tertentu, sintesis akan menjadi tesis baru. Ia akan melahirkan antitesis, dan proses dialektika pun akan terus berlangsung, sampai akhir jaman.

Dengan konsep dialektika ini, Hegel menegaskan, di dalam satu hal terkandung selalu lawannya. Di dalam tesis, sudah selalu ada antitesis.

Sesungguhnya, kedua tak benar-benar berbeda, namun tak juga sungguh sama. Keduanya sama di dalam perbedaannya.

Umat Hindu melaksanakan perayaan Hari Raya Galungan yang berlangsung di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/4/2021).KOMPAS.com / AJI YK PUTRA Umat Hindu melaksanakan perayaan Hari Raya Galungan yang berlangsung di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/4/2021).
Ini paling jelas di dalam agama Hindu Bali. Ini adalah sebuah sintesis antara Agama Hindu Majapahit (yang berasal dari India) dan Budaya Bali. Di dalam yang adat lokal Bali, ada keterbukaan pada yang modern. Di dalam yang global, terkandung pula bibit yang tradisional.

Tak heran, agama Hindu Bali sangatlah khas. Agama Hindu Bali adalah milik Bali, milik Indonesia.

Ia memiliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan Agama Hindu dari India, yang hampir setua sejarah manusia itu sendiri. Bali mengangkat Agama Hindu Majapahit-India dan Budaya Bali ke tingkat yang lebih tinggi, yakni Agama Hindu Bali.

Modernitas pun juga dipeluk dengan nyaris sempurna oleh Budaya Bali. Di berbagai gedung dan rumah modern, nuansa Bali tetap terasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com