KOMPAS.com - Topik perihal cultural appropriation menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah Nagita Slavina disebutkan ditunjuk sebagai Duta Pon XX Papua.
Isu ini berawal dari komika Arie Kriting yang berpendapat bahwa Duta Pon XX Papua seharusnya direpresentasikan langsung oleh perempuan papua.
"Penunjukan Nagita Slavina sebagai Duta PON XX Papua ini memang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya Cultural Appropriation. Seharusnya sosok perempuan Papua, direpresentasikan langsung oleh perempuan Papua," tulis Arie melalui akun Instagramnya.
Baca juga: Merunut Asal Budaya Titip dalam Rekrutmen Kelembagaan di Indonesia...
Sementara itu, diberitakan Kompas.com (4/6/2021), presenter Rafi Ahmad pun angkat bicara terkait kegaduhan tersebut.
Raffi menegaskan, dirinya dan Nagita Slavina bukan menjadi duta seperti yang sebelumnya dikritik oleh Komika Arie Keriting.
"Kita bukan duta, kita ikon. Mungkin itu ada missed communication aja. Kita ikon, dutanya Boaz Solossa," kata Raffi saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Kamis (3/6/2021).
Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern
View this post on Instagram
Baca juga: Mengintip Budaya Antre di Tengah Pandemi Corona...
Di luar perdebatan perihal duta dan ikon PON XX Papua, lantas apa itu cultural appropriation?