[POPULER TREN] Potensi Gempa dan Tsunami di Jatim | Bocoran Formasi CASN 2021

KOMPAS.com - Berita soal potensi gempa 8,7 SR dan tsunami 29 meter di pantai selatan Jawa Timur menjadi berita paling banyak dibaca, Jumat (4/6/2021) hingga Sabtu (5/6/2021).

Kemudian, soal daftar 11 negara yang diperbolehkan masuk Arab Saudi, tetapi bukan untuk haji.

Berita yang tak kalah ramai juga tentang Ahli gempa LIPI menanggapi Hasil kajian tim ahli Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) belum valid.

Hasil kajian itu menyebutkan potensi terburuk bencana tsunami setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur.

Terakhir soal jadwal terbaru perjalanan kereta api jarak jauh Juni 2021 dan bocoran kebutuhan formasi CASN 2021 di 5 daerah.

Berikut berita terpopuler Tren, Jumat (4/6/2021) hingga Sabtu (5/6/2021).

1. Potensi gempa dan tsunami 29 meter di Jatim

Informasi mengenai adanya potensi gempa dan tsunami di wilayah pantai selatan Jawa Timur, ramai dibicarakan masyarakat di media sosial.

Sebelumnya, kajian tim ahli BMKG menyebutkan potensi terburuk bencana tsunami adalah 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur dari gempa berkekuatan 8,7 SR di lepas pantai perairan Kabupaten Trenggalek.

Berikut penjelasan dari BMKG selengkapnya.

• Ramai Potensi Gempa 8,7 SR dan Tsunami 29 Meter di Jawa Timur, Ini Penjelasan BMKG.

2. 11 Negara yang boleh masuk Arab Saudi

Pemerintah Arab Saudi sejauh ini belum mengumumkan kepastian soal terbukanya penyelenggaraan ibadah haji untuk warga negara asing beserta kuotanya.

Kendati demikian, terdapat beberapa negara yang diizinkan untuk masuk ke Arab Saudi.

Wisatawan dari 11 negara itu akan diizinkan masuk mulai Minggu (6/6/2021), menurut sumber dari Kementerian Dalam Negeri. Mana saja?

• 11 Negara yang Boleh Masuk Arab Saudi, Bukan untuk Haji

3. Kata LIPI soal potensi gempa dan tsunami di Jatim

Hasil kajian tim ahli Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan potensi terburuk bencana tsunami setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur.

Namun, ahli gempa bumi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawijaya mengatakan, hasil kajian BMKG belum valid secara ilmiah sebelum ada publikasi resmi.

Selengkapnya dapat dibaca di sini: