Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang 15 Tahun Gempa Jogja 27 Mei 2006

Kompas.com - 27/05/2021, 09:58 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 15 tahun lalu, tepatnya 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada pukul 05.53 WIB.

Tercatat, intensitas gempa tersebut sekitar VII MMI yang dapat menimbulkan kerusakan pada konstruksi rumah maupun bangunan.

Akibat gempa itu, lebih dari 5.800 orang meninggal dunia dan 20.000 orang mengalami luka-luka.

Harian Kompas, 28 Mei 2006, menggambarkan, korban meninggal dunia pada umumnya karena tertimpa bangunan yang roboh, sementara korban luka-luka juga banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kerusuhan Jakarta Pasca-pengumuman Hasil Pemilu 2019

Sebab, kepanikan itu muncul karena ada isu tsunami sehingga membuat lalu lintas jalan raya menjadi kacau, dan menyebabkan kecelakaan yang membuat warga terluka.

Semua rumah sakit pemerintah dan swasta juga penuh dengan korban gempa, baik luka ringan, parah, maupun meninggal.

Rumah sakit itu umumnya tak sanggup lagi menampung korban sehingga pasien dirawat di halaman.

Korban tewas banyak yang langsung dimakamkan keluarganya dengan sederhana karena banyak masyarakat yang tak lagi berada di rumah mereka.

Cerita korban

Seorang warga bernama Sumarno (36), harus rela kehilangan istri dan kedua anaknya saat gempa Jogja 2006.

Saat gempa mengguncang, ia dan istrinya baru 10 menit tiba di Pasar Gempol, Kecamatan Wedi, dan sedang membongkar dagangan makanan ringannya untuk ditata di lapak kaki lima.

"Saya di dekat gerobak mengeluarkan makanan, lalu saya oper ke istri saya untuk ditata," kata dia.

Saat itu, istrinya bekerja sambil menggendong anak bungsunya, Dafa. Sementara, satu anaknya yang lain berada di dekat ibunya.

Sumarno sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk bangun dan lari saja ia tidak mampu karena goncangan gempa yang kencang.

"Saat itu saya berpikir mungkin akan mati. Sayup-sayup sempat terdengar istri saya memanggil, Pak, Pak, tetapi saya tidak bisa apa-apa. Mau lari jatuh, mau lari jatuh," jelas dia.

"Saya sempat kembali dan tertimpa genteng. Tetapi, karena saya tertimpa rangka, saya terhalang tertimpa bangunan langsung," ujar Sumarno.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com