Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Ledakan Kasus Pasca-wisata Lebaran, Ini Saran Epidemiolog

Kompas.com - 16/05/2021, 19:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tak ditutupnya lokasi wisata pada masa libur Lebaran 2021 menimbulkan kekhawatiran atas situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air.

Meski pemerintah melarang mudik Lebaran pada 6-17 Mei 2021 untuk mencegah  mobilitas masyarakat yang dapat menjadi pemicu penularan Covid-19, namun pembukaan tempat wisata ternyata juga menghasilkan efek yang tidak diharapkan.

Masyarakat yang tidak diizinkan mudik akhirnya beralih berkunjung ke tempat-tempat wisata, terbukti dari adanya peningkatan jumlah wisatawan selama libur Lebaran.

Baca juga: Mudik Dilarang, Tempat Wisata Dibuka, dan Akhirnya Ditutup Lagi...

Sejumlah lokasi wisata penuh sesak oleh pengunjung. Hal ini membuat protokol kesehatan tak bisa dijalankan dengan maksimal.

Merespons fenomena itu, pemerintah provinsi, seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya memutuskan menutup tempat wisata, setelah melakukan evaluasi dari pantauan jumlah wisatawan selama libur Lebaran.

Kerumunan masyarakat yang tercipta dari pembukaan tempat wisata dikhawatirkan dapat menjadi pemicu terjadinya penularan kasus-kasus baru Covid-19.

Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi potensi ledakan kasus Covid-19 pasca-libur Lebaran?

Indonesia belum belajar dari pengalaman tahun lalu

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, Indonesia masih belum belajar dari upaya pengendalian pandemi saat Lebaran tahun lalu.

Dicky menyebutkan, pengendalian pandemi yang lemah pada libur Idul Fitri 2020 berdampak signifikan terhadap kenaikan kasus Covid-19 harian pada saat itu.

Dia mengatakan, pasca Idul Fitri 2020, terjadi peningkatan kasus harian hingga mencapai 93 persen. Angka kematian mingguan juga meningkat sampai 66 persen.

"Itu tahun lalu ya. Di mana situasi pandemi kita itu belum 'sematang' saat ini. Saat ini jauh lebih 'matang'. Lebih banyak klaster yang tidak bisa kita identifikasi. Lebih banyak orang yang membawa virus tidak bisa kita identifikasi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (16/5/2021).

Menurut Dicky, ancaman Covid-19 pada tahun 2021 ini jauh lebih besar ketimbang tahun lalu, terutama dengan adanya penyebaran varian baru virus corona yang lebih cepat menular.

"Ini berdampak serius pada peningkatan angka reproduksi (virus), yang artinya peningkatan kasus orang yang terinfeksi ini akan lebih banyak, dan pada gilirannya nanti orang yang sakit parah juga akan banyak, dan yang meninggal juga akan banyak," ujar Dicky.

Baca juga: Mudik, Pulkam, Wisata, Tugas, dan Kreativitas Dusta

Tutup semua tempat wisata

Menanggapi keramaian wisatawan di sejumlah tempat saat libur Lebaran baru-baru ini, Dicky mengatakan, pemerintah harus mencegah terjadinya perburukan situasi pandemi Covid-19 dengan melakukan tindakan tegas, yakni menutup semua tempat wisata.

Dia menyebutkan, jika pengelola tempat wisata tidak mampu melakukan screening terhadap calon wisatawan, maka tempat wisata seharusnya tidak diberi izin beroperasi.

"Kembali, ketegasan dari awal ini yang harus kita perbaiki. Respons cepat, tepat, yang kuat dan konsisten, itu yang menjadi PR kita selama setahun ini, yang harus kita perbaiki," kata Dicky.

8 poin tindakan merespons libur Lebaran 2021

Merespons fenomena libur Lebaran 2021, Dicky mengusulkan 8 poin tindakan yang bisa diambil pemerintah sebagai antisipasi terhadap potensi perburukan situasi Covid-19.

Kedelapan langkah itu adalah:

  • Pertama, menyiagakan respons cepat, kuat, dan terukur, pada setiap level pemerintahan dan sektor, serta bersiap terhadap kemungkinan skenario terburuk.
  • Kedua, membangun dan menjaga kualitas strategi komunikasi risiko untuk membangun persepsi risiko yang sama bagi semua pihak.
  • Ketiga, melakukan penguatan surveilans, fasilitas kesehatan, serta pengurutan genom.
  • Keempat, memulai program deteksi kasus secara aktif di masyarakat atau community outreach.
  • Kelima, memperkuat sistem rujukan layanan faskes, serta ketersediaan alat kesehatan dan sumber daya manusia tenaga kesehatan.
  • Keenam, melakukan akselerasi vaksinasi terhadap kelompok lansia dan penderita penyakit penyerta atau komorbid.
  • Ketujuh, membangun literasi kenormalan baru yang mendukung protokol 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas).
  • Kedelapan, menyiapkan opsi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jawa-Bali dan kawasan luar Jawa terpilih, setelah lewat masa Lebaran 2021.

Baca juga: Mudik Dilarang tapi Tempat Wisata Dibuka, Ini Penjelasan Satgas Penanganan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Tren
5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

Tren
Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com