KOMPAS.com - Hari ini 23 tahun lalu, tepatnya 8 Mei 1998, terjadi Tragedi Gejayan atau Tragedi Yogyakarta yang menewaskan satu orang mahasiswa.
Mahasiswa itu adalah Mozes Gatotkaca. Namanya kini abadi menjadi nama sebuah jalan di sana, Jalan Moses Gatotkaca.
Tragedi Gejayan terjadi saat mahasiswa di Yogyakarta protes mengenai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL).
Diberitakan Harian Kompas, 6 Mei 1998, mahasiswa di berbagai kota mulai melakukan demo sejak 5 Mei.
Aksi untuk rasa itu terjadi di Medan, Palembang, Bandarlampung, Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Jember, Surabaya, Malang, Ujungpandang, dan Bali.
Massa mengadakan aksi jalan kaki (long march), menggelar spanduk dan poster, sambil meneriakkan yel-yel yang intinya menolak kenaikan harga BBM dan tarif listrik.
Hampir sebagian besar aksi itu berlangsung tanpa bentrokan dengan aparat keamanan, kecuali di Medan, Yogyakarta Ujungpandang, Bandung, dan Jakarta.
Di Ujungpandang, seorang mahasiswa tertembak. Di Jakarta, puluhan mahasiswa luka-luka.
Mengutip Kompas.com, 8 Mei 2019, saat itu kondisi perekonomian Indonesia makin memburuk, sehingga membuat mahasiswa melakukan aksi di luar kampus. Sebagian masyarakat juga ikut bergabung untuk bersuara.
Ketika itu aparat keamanan mulai memperlihatkan penanganan dengan kekerasan terhadap aksi mahasiswa. Aparat menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk meredam aksi mahasiswa.
Tragedi Gejayan menyebabkan ratusan orang luka-luka. Satu orang yang tewas yaitu yaitu mahasiswa MIPA dari Universitas Sanata Dharma, Mozes Gatotkaca.
Baca juga: Melihat Hajar Aswad: Asal Mula, Sejarah, dan Penampakan Batu dari Surga
Para mahasiswa melakukan aksi di dekat universitas masing-masing sejak pukul 09.00 WIB.
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada melakukan aksi di bundaran kampus.
Sementara itu mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta (kini UNY) melakukan aksi di halaman kampus masing-masing.