Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Aneka Tafsir Terhadap Petruk

Kompas.com - 27/03/2021, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI seorang anggota Punakawan, Petruk merupakan tokoh penting di dalam mitologi Wayang Purwa yang tidak hadir di Mahabharata mau pun Ramayana akibat memang khas Nusantara.

Di masa kepresidenan Jokowi, Petruk menjadi populer di luar ranah Wayang Purwa, merambah masuk ke wilayah Medsos.

Pada awal Maret 2021 dalam rangka memasyarakatkan vaksinasi ke para seniman, Presiden Jokowi disambut oleh barisan Petruk menari oleh Butet Kartarejasa di padepokan seni Bagong Kussudiarjo.

Baca juga: Jokowi dan Cerita Topeng Petruk

Aneka tafsir

Maka bermunculah aneka tafsir terhadap Petruk. Ada yang menafsirkan Petruk yang berhidung panjang identik dengan Pinokio yang hidungnya makin panjang apabila berdusta.

Ada pula yang menafsirkan Petruk sebagai tokoh pahlawan melawan angkara murka penjajahan oleh oligarki.

Di dalam lelakon Wayang Purwa, para dalang menafsirkan Petruk berdasar kehendak dan selera subyektif masing-masing dalang. Maka, bermunculanlah berbagai lelakon kreatif berdasar karakter Petruk yang saling beda satu dengan lainnya tergantung pada tafsir subyektif setiap dalang.

Misalnya, Petruk Ilang Petele di mana Petruk kebingungan sebab kehilangan palu sebagai senjata pamungkas dirinya.

Ada pula Ambungun Candi Saptaharga ketika Dewi Mustakaweni mencuri jimat Kalimasada yang akhirnya dapat direbut kembali oleh Petruk.

Petruk juga menjadi tokoh pada serial komik Petruk-Gareng yang sempat popular di tahun 50an abad XX yang membuat saya mengagumi maka menggemari Punakawan.

Sementara Nano Riantiarno sempat membuat mahakarya Semar Gugat di mana Petruk meninggalkan Semar setelah Semar kehilangan kesaktiannya.

Saya sendiri menggunakan nama Punakawan sebagai nama kwartet pemusik yang saya dirikan untuk konser keliling macanegara sampai ke panggung Sydney Opera House dan kelompok cendiakawan yang cinta Indonesia sambil tetap kritis terhadap penguasa demi kepentingan bangsa, negara dan terutama rakyat Indonesia.

Petruk dadi ratu 

Namun yang paling popular di khasanah pewayangan adalah kisah Petruk Dadi Ratu yang bebas ditafsirkan ke arah mana pun.

Misalnya ke arah positif sebagai utopia keteladanan tentang siapa saja di alam demokrasi bisa menjadi kepala negara yang di Indonesia disebut presiden.

Namun juga bisa ditafsirkan secara negatif sebagai sindiran distopia peringatan agar mereka yang sudah dipilih oleh rakyat menjadi penguasa jangan mentang-mentang sudah duduk di tahta kekuasaan lalu mabuk kekuasaan sehingga lupa daratan kepada rakyat maka tidak segan mengkhianati rakyat yang telah memilih Sang Penguasa untuk berkuasa.

Dampaknya kualat!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com