Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ini Menunjukkan Fakta Pencemaran Udara di India akibat Plastik

Kompas.com - 01/03/2021, 07:29 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sampah plastik jadi musuh besar bagi pemerhati lingkungan hidup.

Sifatnya yang sulit menterurai, berpotensi mencemari tanah dan laut. Apalagi, jika sampah plastik tidak didaur ulang atau diolah menjadi barang yang lebih berguna.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (26/2/2021), data terbaru menunjukkan bahwa plastik juga menambah polusi udara di kota-kota, terutama di India.

Dugaan awal

Selama beberapa tahun, para peneliti mencari tahu mengapa Delhi lebih rentan terhadap kabut asap tebal dibandingkan kota-kota dengan udara tercemar lainnya seperti Beijing.

Data dari penelitian tersebut mengaitkan partikel klorida kecil di udara yang membantu pembentukan tetesan air.

Secara umum, partikel klorida biasanya ditemukan di dekat pantai, karena semprotan laut.

Akan tetapi, udara di Delhi dan di pedalaman India mengandung lebih banyak partikel klorida dari yang diperkirakan.

Baca juga: Studi: 710 Juta Ton Sampah Plastik Akan Menumpuk di Bumi pada 2040

Awalnya, peneliti menduga pencemaran udara ini akibat pabrik ilegal di sekitar Delhi, yang mendaur ulang alat elektronik dan yang menggunakan asam klorida kuat untuk membersihkan dan memproses logam.

Pabrik ilegal itu tak dapat dipungkiri menjadi bagian dari masalah polusi udara, tetapi data terbaru telah mengungkapkan fakta lain.

Baru-baru ini, Nature.com merilis data partikel aerosol yang terkandung dalam emisi klorin di India.

Singkatnya, analisis ini memeriksa proses kimiawi dan fisik yang kompleks serta mekanisme yang mendasari berkurangnya visibilitas udara di Delhi, yang memiliki konsekuensi negatif besar pada ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Data polusi

Peneliti melihat polutan lain yang meningkat pada saat yang sama dengan partikel klorida.

Jejak kimiawi ini cocok dengan sampel pembakaran plastik atau pembakaran sampah rumah tangga yang mengandung plastik.

Jumlah klorida yang besar ini diperkirakan menjadi penyebab sekitar setengah dari kejadian kabut asap Delhi.

Baca juga: Deposit Botol, Cara Norwegia Atasi Sampah Plastik...

Berdasarkan data IQAir.com, indeks kualitas udara di Delhi pada Minggu (28/2/2021) pukul 17.30 sebesar 115. Artinya, udara di Delhi tidak sehat untuk kelompok rentan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Sebabkan TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Sebabkan TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com