Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mendukung “Ketakutan” Pak Kwik Kian Gie

Kompas.com - 09/02/2021, 09:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MAHAGURU nasionalisme ekonomi saya, Drs Kwik Kian Gie, sama sekali bukan seorang penakut. Bahkan sebaliknya beliau sangat berani menyatakan yang benar sebagai benar dan yang tidak benar sebagai tidak benar.

Maka saya prihatin ketika mendengar pak Kwik sempat berkicau melalui akun twitter beliau.

"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yang berbeda dng maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di-buzzer habis2an, masalah pribadi diodal-adil. Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik2 tajam. tidak sekalipun ada masalah."

Eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti turut mengomentari unggahan Kwik Kian Gie yang mengeluhkan kondisi kebebasan berpendapat masa kini. Bu Susi sepenuhnya menyetujui pendapat pak Kwik tersebut.

Memahfumi

Dengan siap menghadapi risiko juga dihujat oleh para buzzer, saya sepenuhnya memahfumi maka mendukung pernyataan pak Kwik. Apa yang dialami pak Kwik telah saya alami sendiri ketika saya berani-berani sebenarnya bukan mengkritik namun sekadar memohon agar penguasa jangan menggusur rakyat miskin secara sempurna melanggar hukum, HAM, agenda pembangunan berkelanjutan serta makna luhur yang terkandung pada sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dan Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia.

Akibat permohonan tersebut saya dihujat para pendengung (buzzer) dan pemengaruh (influencer) sebagai orang tua bangka bau tanah kurang kerjaan cari popularitas sampai yang terlalu biadab untuk dimuat di dalam naskah yang dipublikasikan media terhormat ini.

Public relations 

Saya siap menghadapi risiko dihujat para buzzer akibat mendukung Pak Kwik dan Bu Susi. Pada hakikatnya Pak Kwik dan Bu Susi memuji keberhasilan penguasa dalam secara profesional menggerakkan jurus ampuh public relations dengan menggerakkan masyarakat media alam maya alias yang disebut sebagai netizen untuk rawe-rawe-rantas-malang-malang-putung maju tak gentar membela penguasa agar jangan sampai disentuh kritik sedikit pun.

Para pendengung dan pemengaruh media asosial bersatupadu ramai-ramai mengeroyok demi membunuh karakter mereka yang berani mengkritik penguasa.

Siapa berani mengkritik penguasa langsung habis-habisan dihabisi agar jera mengkritik.

Heinrich Goebels sebagai menteri propaganda Nazi pasti kalah efektif dalam membela Hitler sebab pada masa dasarwarsa tigapuluhan abad XX belum ada media sosial maka belum ada para pendengung dan pemengaruh bayaran mau pun amatiran seperti pada masa dasarwarsa duapuluhan abad XXI.

Teknologi internet yang mendemokratisasikan kebebasan mengungkap pendapat memungkinkan siapa pun juga untuk menjadi buzzer dan influencer demi membunuh karakter sesama manusia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com