Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Ribu Bendungan Besar Dunia Mulai Menua, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 24/01/2021, 12:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada 2050, lebih dari setengah populasi global akan tinggal dan hidup di hilir dari puluhan ribu bendungan besar.

Sebuah penelitian dari Institut Air, Lingkungan, dan Kesehatan UN University menyebut bahwa hampir 59.000 bendungan besar di dunia dirancang untuk bertahan selama 50-100 tahun.

Sayangnya, mayoritas bendungan itu dibangun antara 1930-1970.

Baca juga: Laut Kaspia, Mengapa Danau Terbesar di Dunia Ini Disebut sebagai Laut?

"Ini adalah risiko global yang sedang berkembang dan kami perhatikan," kata rekan penulis dan direktur institut Vladimir Smakhtin, dikutip dari AFP, Jumat (22/1/2021).

"Dalam hal bendungan yang berisiko, jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun, dekade ke dekade," tambahnya.

Bendungan yang dirancang, dibangun, dan dirawat dengan baik dapat dengan mudah berfungsi selama satu abad.

Akan tetapi, banyak dari bendungan besar dunia gagal memenuhi satu atau lebih kriteria ini.

Baca juga: Mengenal Sabo Dam, Solusi Penanggulangan Banjir Lahar Gunung Merapi...

Perubahan iklim

Puluhan orang telah menderita kerusakan besar atau kehancuran total selama dua dekade terakhir di Amerika Serikat, India, Brasil, Afghanistan dan negara-negara lain.

Jumlah itu cenderung meningkat.

Perubahan iklim kemudian memperparah semua risiko itu.

Baca juga: Melihat Cara Belanda Mengatasi Banjir...

"Karena perubahan iklim, curah hujan yang ekstrem dan peristiwa banjir menjadi lebih sering terjadi," kata penulis utama dari University of Ottawa dan McMaster University, Duminda Perera.

Kondisi ini tidak hanya meningkatkan risiko waduk meluap, tetapi juga mempercepat penumpukan sedimen yang berdampak pada keamanan bendungan.

Akibatnya, kapasitas dan produksi energi di bendungan juga akan semakin berkurang.

Baca juga: Disebut RK Mampu Kurangi Dampak Banjir Jakarta, Berikut Fakta soal Bendungan Ciawi dan Sukamahi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com