Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menyelamatkan Alam dan Manusia dari Musibah

Kompas.com - 20/01/2021, 11:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANYAK yang saya coba pelajari selama lebih dari tujuh puluh tahun menempuh perjalanan hidup sarat beban kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata, dan darah ini. Antara lain yang saya pelajari adalah apa yang disebut sebagai musibah.

Keniscayaan

Di masa musibah wabah Corona masih merajalela ternyata anekaragam musibah silih berganti menimpa kehidupan sehingga umat manusia seolah sudah jatuh masih tertimpa beraneka-ragam tangga.

Terkesan bahwa apa yang disebut sebagai musibah merupakan bagian hakiki bahkan kodrati melekat pada alam semesta ini.

Setiap saat musibah bukan cuma senantiasa namun niscaya bisa terjadi di alam semesta ini.

Mulai dari meteor menabrak planet sampai ke black hole ganas menelan apa pun di alam semesta. Atau musibah bencana alam mulai dari gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, banjir sampai ke pagebluk virus Corona.

Ada pula musibah buatan manusia seperti perang, pembunuhan manusia oleh manusia, perampokan, pemerkosaan, penganiayaan, penggusuran, penindasan oleh manusia dari manusia terhadap manusia.

Adalah suatu keniscayaan bahwa musibah senantiasa kodrati mengancam umat manusia di planet bumi.

Kesimpulan

Dengan keterbatasan daya pikir saya mencoba secara kelirumologis mau pun alasanologis menelaah apa yang disebut sebagai musibah.

Lalu saya memberanikan diri untuk memetik beberapa kesimpulan yang tentu saja jauh dari sempurna.

Pada hakikatnya, musibah menyadarkan umat manusia termasuk Anda apalagi saya bahwa manusia adalah mahluk yang tidak berdaya melawan alam.

Tidak ada insan manusia termasuk Donald Trump dan Xi Yinping apalagi Jaya Suprana yang kebal musibah.

Akibat sadar bahwa saya tidak berdaya melawan musibah maka saya sadar bahwa saya hanya berdaya melawan diri saya sendiri.

Adalah kewajiban asasi saya berupaya untuk selalu sadar bahwa sama sekali tidak ada alasan bagi saya untuk bersikap adigang, adigung, adiguna sehingga sama sekali tidak ada alasan bagi saya untuk takabur merasa paling benar, paling bijak, paling pandai apalagi paling berkuasa ketika babak-belur menempuh perjalanan hidup yang fana maka dapat diyakini bahwa pada suatu saat pasti berakhir bagi saya ini.

Tidak ada yang pasti pada kehidupan kecuali kepastian pasti mati.

Pembangunan berkelanjutan

Pada hakikatnya setiap musibah merupakan pengingatan Yang Maha Kasih kepada saya yang penuh kekurangan dan keterbatasan ini.

Pengingatan agar saya senantiasa bersikap ojo dumeh sebagai upaya menyelaraskan diri dengan ajaran Nasrani jangan menghakimi beserta arahan Buddhisme menghindari kemelekatan dan Bhagavad Gita diwariskan Krisna ke Arjuna serta jihad al nafs menaklukan diri sendiri demi menunaikan fastabigul khoirot yakni berlomba berbuat bukan keburukan namun kebaikan bagi alam dan sesama manusia.

Dengan segenap kemauan dan kemampuan yang saya miliki saya wajib berupaya ikut menolong sesama manusia yang sedang menderita musibah serta merawat alam sesuai mazhab pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati negara-negara anggota PBB termasuk Indonesia sebagai pedoman ikhtiar menyelamatkan alam serta manusia dari musibah kemusnahan.

Musibah adalah das sein (kenyataan) namun upaya manusia menanggulangi musibah adalah das sollen (yang harus dilakukan).

Adalah tugas setiap insan manusia termasuk Anda dan saya untuk selalu berupaya bukan merusak namun justru menyelamatkan alam dan manusia dari musibah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com