KOMPAS.com - Tiga dari empat pasien Covid-19 disebutkan masih menderita setidaknya satu gejala dalam enam bulan setelah jatuh sakit karena infeksi virus corona.
Sebuah penelitian menemukan beberapa gejala yang paling banyak dirasakan (76 persen) adalah kelelahan atau kelemahan otot, kecemasan atau depresi setelah 6 bulan sembuh dari Covid-19.
Masalah umum pasca infeksi lainnya adalah kesulitan tidur (26 persen), dan kecemasan atau depresi (23 persen). Pada kondisi ini, perempuan lebih banyak terpengaruh dibandingkan laki-laki.
Baca juga: Bagaimana Covid-19 Ditularkan oleh Orang Tanpa Gejala? Ini Risetnya...
Dikutip dari Straitstimes (13/1/2021), temuan di atas adalah hasil penelitian terhadap 1.733 pasien dengan usia rata-rata 57 tahun dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, Cina.
Riset itu merupakan penelitian terbesar yang dilakukan hingga saat ini dan telah diterbitkan dalam jurnal The Lancet minggu lalu.
Penelitian itu melibatkan kohor berasal dari 2.469 pasien Covid-19 yang masuk ke RS pada rentang bulan Januari-Mei 2020, kemudian diteliti pada Juni-September 2020.
Namun 736 pasien dikeluarkan karena mereka tidak menghadiri janji tindak lanjut karena berbagai alasan, termasuk demensia.
Ada juga 33 orang yang "meninggal setelah pulang terutama karena eksaserbasi penyakit paru, jantung dan ginjal".
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Beberapa pasien memiliki masalah terus-menerus dengan fungsi ginjal mereka. Dalam enam bulan sejak terinfeksi, beberapa menderita diabetes, atau mengalami pembekuan darah yang memengaruhi jantung atau otak mereka.
Tercatat bahwa beberapa masalah yang berlanjut mirip yang diderita oleh pasien yang selamat dari SARS, atau sindrom pernafasan akut yang parah, pada tahun 2003, yang juga disebabkan oleh virus corona.
Para peneliti di Kanada yang memiliki 250 infeksi SARS dan 38 kematian menemukan bahwa sepertiga dari penderita SARS mengeluhkan kesehatan mental yang lebih buruk setahun setelah infeksi, dan 40 persen mengalami kelelahan kronis selama rata-rata 41,3 bulan.
Sebuah komentar di The Lancet tentang studi China mengatakan, bukti dari wabah virus corona sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa tingkat kerusakan paru-paru dapat bertahan, seperti yang ditunjukkan pada pasien yang pulih dari SARS.
"38 persen di antaranya telah mengurangi kapasitas difusi paru-paru 15 tahun setelah infeksi," tulis penelitian tersebut.
Baca juga: Parosmia Disebut sebagai Gejala Baru Covid-19, Apa Itu?
Dr Asok Kurup, ketua dari Academy of Medicine's Chapter of Infectious Disease Physicians, mengatakan gejala yang begitu panjang setelah infeksi parah diketahui terjadi, meskipun hal itu tidak umum.
Ia mengatakan, influenza parah, terutama pada mereka yang berakhir dengan gagal napas, dapat diikuti oleh masalah pernapasan yang membutuhkan waktu lama untuk pulih.