Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Nilai Syarat Rapid Test Antigen Lebih Baik, tapi...

Kompas.com - 18/12/2020, 13:01 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah bakal mengganti syarat bepergian ke luar kota di masa pandemi virus corona, dari membawa hasil rapid test antibodi menjadi rapid test antigen.

Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan alasannya mengapa penumpang perlu melakukan rapid test antigen.

"Rapid test antigen ini memiliki sensitivitas yang lebih baik bila dibandingkan rapid test antibodi," kata Luhut dalam keterangan resminya yang dikutip pada Selasa (15/12/2020).

Syarat ini, akan lebih dikhususkan bagi warga yang bepergian menggunakan kereta api jarak jauh atau pesawat.

Terkait dengan kebijakan tersebut, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menilai pemberian syarat hasil rapid test antigen virus corona memang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi.

"Untuk kaitan screening, antigen ini bukan hanya lebih baik, tetapi juga lebih tepat," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (18/12/2020).

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Rapid Test Antigen

"Rapid test antibodi ini untuk surveilens, yaitu untuk melihat dalam satu wilayah itu sudah pernah terinfeksi berapa. Itu yang selama ini salah kaprah," lanjutnya.

Namun, Dicky mengingatkan bahwa rapid test antigen itu hanya untuk screening mobilitas penduduk dan sangat mungkin untuk tidak dipatuhi.

Untuk mencegah penularan, pemerintah juga harus membatasi mobilitas dan interaksi penduduk.

"Tetap dibatasi kepergian itu, bukan boleh pergi asal ada tes. Tetap batasi hanya yang esensial," jelas dia.

Menurutnya, strategi itu juga harus diimbangi dengan testing dan tracing yang optimal berdasarkan skala penduduk dan skala pandemi Covid-19 di setiap daerah.

Angka yang harus dicapai untuk upaya tracing adalah berdasarkan standar WHO, yaitu minimal 1:1.000 orang.

"Itu minimal, bukan berarti kalau sudah mencapai itu terus berhenti," ujar dia.

Baca juga: Bagaimana Ketentuan Rapid Test Antigen bagi Pendatang di Jakarta, Bandung, Bali, dan DIY

"Karena ada dua kriteria, satu pada skala penduduknya, dua berdasarkan skala pandemi, yaitu test positivity rate yang harus diarahkan ke 5 persen," tambahnya.

Jika angka positivity rate di suatu daerah belum 5 persen, maka angka testing harus terus ditingkatkan.

Karenanya, segala upaya pembatasan dan pengetatan harus tetap diiringi dengan dua strategi yang fundamental tersebut, yaitu testing dan tracing.

Selain itu, Dicky juga mengingatkan masyarakat agar menahan diri untuk tidak berpergian, kecuali untuk hal-hal esensial.

Baca juga: Daftar Lokasi dan Biaya Rapid Test Antigen Jabodetabek

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Rudal Balistik yang Dimiliki Iran dan Israel

Daftar Rudal Balistik yang Dimiliki Iran dan Israel

Tren
Apakah Terlambat 1 Hari Membayar BPJS Kesehatan Terkena Denda? Ini Penjelasannya

Apakah Terlambat 1 Hari Membayar BPJS Kesehatan Terkena Denda? Ini Penjelasannya

Tren
Mengenal Isfahan, Kota Bersejarah yang Jadi Target Serangan Israel ke Iran

Mengenal Isfahan, Kota Bersejarah yang Jadi Target Serangan Israel ke Iran

Tren
7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

Tren
Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Tren
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Tren
Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Tren
Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Tren
Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Tren
Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Tren
Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Tren
5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

Tren
Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com