Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konjungsi Superior 20 Desember, Ketampakan Merkurius Beralih dari Fajar ke Senja

Kompas.com - 15/12/2020, 18:07 WIB
Tita Meydhalifah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena antariksa akan terjadi pada 20 Desember 2020, yakni konjungsi superior Merkurius.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjelaskan fenomena itu terjadi saat Merkurius, Matahari, dan Bumi berada pada satu garis lurus. Namun, posisi Merkurius berada di belakang Matahari.

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lapan, Andi Pangerang, memaparkan konjungsi superior Merkurius rata-rata terjadi setiap empat bulan sekali.

"Pada tahun 2020 ini sudah terjadi 10-11 Januari, 5 Mei, 17 Agustus, dan 20 Desember mendatang. Kedepannya akan terjadi lagi pada 19 April, 1 Agustus, dan 29 November 2021," ungkap Andi ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (15/12/2020).

Namun pada 20 Desember 2020, konjungsi superior membuat ketampakan Merkurius dari Bumi akan beralih, dari fajar menjadi senja.

Baca juga: Catat, Ini Daftar Fenomena Astronomi 16-22 Desember 2020

Andi menjelaskan fenomena tersebut tidak memiliki dampak pada Bumi. Hanya saja, ketampakan pada waktu senja akan menyulitkan melihat Merkurius.

Meskipun seluruh permukaan Merkurius yang menghadap ke Bumi mendapatkan sinar dari matahari, sudut elongasi atau sudut pisah antara Matahari dan Merkurius cukup dekat.

Oleh karena itu, Merkurius akan kalah terang dibandingkan dengan Matahari.

Selain itu, waktu terbit antara Matahari dan Merkurius pun beda tipis.

"Ketika Matahari terbit, maka Merkurius ikut terbit. Ketika matahari terbenam, Merkurius pun akan ikut terbenam," papar Andi.

Kenampakan Merkurius pada senja dan sulit diamati ini hanya terjadi sekitar dua pekan, yakni sebelum hingga dua pekan setelah konjungsi superior.

Setelah lewat dari dua minggu dari konjungsi superior, Merkurius sudah mulai dapat diamati.

Namun, pengamatan tidak dapat dilakukan secara kasat mata, artinya harus menggunakan alat bantu seperti binokuler.

Baca juga: Fenomena Langka pada 21 Desember, Konjungsi Agung Jupiter dan Saturnus

"Merkurius akan semakin sulit dilihat setelah Konjungsi Superior ketika pemantauan dilihat dari tempat yang memiliki polusi cahaya tinggi. Selain itu, awan tebal yang berkumpul di dekat ufuk rendah pun turut mempersulit untuk melihat Merkurius," ungkap Andi.

Berbeda dari konjungsi superior yang mengubah kenampakan dari fajar ke senja, konjungsi inferior menandai pergantian kenampakan Merkurius dari senja ke fajar.

Kenampakan atau visibilitas terbaik Merkurius pada masa ini terjadi pada fase dikotomi, setelah konjungsi inferior dan sebelum konjungsi superior.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pusat Sains Antariksa LAPAN (@pussainsa_lapan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Lemak, Berikut Manfaat dan Pengaruh Negatifnya

Mengenal Apa Itu Lemak, Berikut Manfaat dan Pengaruh Negatifnya

Tren
Memahami Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN, Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024?

Memahami Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN, Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Sebagian Kota Besar di China Terancam Tenggelam pada 2120

Penelitian Ungkap Sebagian Kota Besar di China Terancam Tenggelam pada 2120

Tren
LINK Live Streaming Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Mulai Pukul 10.00 WIB

LINK Live Streaming Penetapan Prabowo-Gibran Jadi Presiden dan Wapres Terpilih, Mulai Pukul 10.00 WIB

Tren
Ramai soal Lowker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Ramai soal Lowker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Tren
Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Tren
Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Tren
Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Tren
Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Tren
TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

Tren
5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

Tren
Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Tren
5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com