KOMPAS.com - Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia kian mengkhawatirkan. Penambahan kasus harian konsisten di atas 5.000 kasus dalam beberapa pekan ini.
Peningkatan kasus dipicu libur panjang dan sejumlah kerumunan massa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Kekhawatiran semakin bertambah karena pada pekan depan ada potensi kerumunan yang terjadi karena pelaksanaan Pilkada Serentak 2020.
Selain itu, berlangsungnya libur akhir tahun dalam waktu yang cukup lama.
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandhu Riono menyebut situasi saat ini semakin mencekam.
Kemampuan rumah sakit-rumah sakit, terutama di daerah, kian terbatas.
Baca juga: WHO: Dunia Bisa Mulai Bermimpi Pandemi Covid-19 Berakhir
Ia mengatakan, lonjakan kasus dalam beberapa hari terakhir yang berakibat pada menurunnya kapasitas rumah sakit justru tak banyak direspons secara serius oleh pemerintah.
"Tadi pagi saya ketemu teman-teman dari Jogja, Sleman, katanya rumah sakit penuh. Saya membaca di beberapa daerah juga penuh, tapi tidak seorang pun pemimpin di daerah itu yang ada suara bergerak atau panik," kata Pandhu kepada Kompas.com, Sabtu (5/11/2020) malam.
"Tidak ada respons sama sekali dalam situasi kegawatan yang semakin mencekam ini," lanjut dia.
Tak seperti sebelumnya, Pandhu menyebut lonjakan kasus kali ini tak hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah.
Apalagi, daerah-daerah tersebut sebagian akan menyelenggarakan Pilkada pada 9 Desember 2020.
Menurut dia, kondisi ini akan menyebabkan potensi penularan di masyarakat semakin tinggi.
Selain itu, Pandhu juga menyoroti cuti bersama yang masih ada pada akhir tahun ini.
"Jadi ada dua kegiatan massif, yaitu Pilkada, 100 juta penduduk lebih akan berinteraksi. Kedua liburan akhir tahun, kemudian dampaknya kepada penularan akan tinggi," jelas dia.
Baca juga: Epidemiolog Sarankan Libur Panjang Akhir Tahun Ditiadakan
"Harusnya betul-betul cuti bersama itu tidak ada, cuma libur Natal dan Tahun Baru. Jadi orang tidak punya kesempatan untuk memanfaatkan liburan mereka," kata Pandu.