KOMPAS.com - Pilkada Serentak 2020 akan digelar kurang dari sepekan lagi, yaitu tepatnya 9 Desember 2020.
Gelaran demokrasi ini tetap dilaksanakan meskipun Indonesia masih dalam masa pandemi Covid-19.
Dari catatan Worldometers (4/12/2020), total kasus infeksi virus corona di Indonesia berjumlah 557.877 kasus. Sebanyak 17.355kasus meninggal dunia dan 462.553 orang pulih.
Diketahui dalam beberapa hari terakhir, tren laporan kasus harian mengalami kenaikkan. Bahkan pada Kamis (3/12/2020), rekor kasus harian dilaporkan yaitu 8.369 kasus positif.
Baca juga: Pilkada 2020, Menyoal Petugas KPPS yang Akan Datangi Pasien Covid-19 Saat Pencoblosan
Untuk memenuhi hak suara mereka yang sedang terpapar Covid-19, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu akan menerjunkan petugas khusus ke ruang perawatan pasien Covid-19.
Hal itu dilakukan agar proses pemilihan tetap dilakukan, meskipun pemilih dalam perawatan karena positif virus corona.
Pada praktiknya akan ada 2 petugas beserta 2 saksi yang akan menemui pasien yang tengah dirawat, dengan menggunakan alat perlindungan diri (APD) lengkap.
Hal ini sebagaimana disampaikan dalam informasi yang diunggah KPU melalui Instagram @kpu_ri.
View this post on Instagram
Terkait hal itu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyebut pemakaian APD itu sebenarnya lebih dibutuhkan oleh petugas medis untuk menangani masyarakat yang tengah terpapar virus corona.
"Di situasi seperti ini alat perlindungan diri sesungguhnya jauh lebih dibutuhkan oleh petugas kesehatan atau tenaga-tenaga lapangan lainnya yang berkaitan dengan pengendalian pandemi," kata Dicky, dihubungi Jumat (4/12/2020).
Sejak awal Dicky meminta Pilkada Serentak di tengah pandemi Covid-19 ditunda hingga kondisi penularan virus lebih dapat dikendalikan.
Karena itu ketika mengetahui akan ada petugas yang secara khusus datang menemui pasien positif Covid-19 untuk memungut suara, pihaknya menyayangkan hal itu.
"Apabila para petugas ini memaksakan untuk melakukan pemungutan suara pada pasien-pasien yang sedang diisolasi, saya tidak mendukung. APD ini minim, terbatas. Kalau digunakan untuk hal ini (Pilkada Serentak) saya kira urgensinya tidak pas," ungkap Dicky.
Dikutip dari Kompas.com (3/12/2020), epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo mengatakan, petugas yang mendatangi pasien positif Covid-19 sangat tidak aman dan berisiko.
Baca juga: Kisah Viral Pria Bernama Adolf Hitler Uunona Menang Pilkada di Namibia
Sebab petugas medis yang sudah terbiasa dan terlatih menggunakan APD juga masih banyak yang terpapar virus corona.