Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perhatikan Ini untuk Cegah Serangan Jantung Saat Olahraga

Kompas.com - 22/11/2020, 08:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Legenda Timnas Indonesia Ricky Yacobi meninggal dunia, Sabtu (21/11/2020), di Rumah Sakit Mintoharjo, Jakarta.

Ricky dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami serangan jantung saat bermain sepak bola di Lapangan A Senayan.

Menurut pengakuan rekannya, Ricky sempat mencetak gol sebelum akhirnya terjatuh dan tak sadarkan diri dan disebut mengalami serangan jantung. 

Berkaca dari peristiwa ini, apa yang harus diperhatikan saat olahraga untuk mencegah serangan jantung?

Dokter jantung dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr Ade Meidian Ambari, SpJP(K) mengatakan, peristiwa yang dialami legenda Timnas Indonesia itu dinamakan henti jantung mendadak.

Menurut dia, henti jantung mendadak paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

"Umumnya yang menyebabkan henti jantung mendadak kalau berusia di bawah 35 tahun itu adalah gangguan irama jantung, biasanya ada kelaianan bawaan dari kecil," kata dr Ade kapada Kompas.com, Sabtu (21/11/2020).

"Tapi kalau usia di atas 35 tahun itu sebagian besar jantung koroner," kata dia.

Baca juga: Waspadai, 8 Gejala Jelang Serangan Jantung yang Kerap Diabaikan

Oleh karena itu, ia menyebut bahwa semua orang harus mengetahui batas maksimal tubuh saat berolahraga.

Medical check up

Jika berusia di atas 40 tahun, dokter Ade menyarankan agar terlebih dahulu melakukan medical check up untuk mengetahui faktor risiko jantung koroner.

Ketika faktor risiko jantung koroner sudah diketahui, maka seseorang akan tahu aktivitas apa saja yang boleh dan dilarang.

"Mereka yang mau olahraga untuk yang berusia di atas 40 tahun agar medical check up dulu, ada enggak sih kontra indikasi yang membuat satu kegiatan dilarang, sehingga nanti kita bisa mendeteksi secara dini," jelas dia.

Alasannya, seseorang yang melakukan aktivitas berat, maka kinerja jantung akan lebih berat.

Bagi penderita jantung koroner, penyempitan di pembulu darah pada kondisi itu bisa memicu henti jantung mendadak.

Ia menjelaskan, ciri khas bagi penderita jantung koroner adalah nyeri dada atau sesak nafas.

"Paling gampang klo ada penyempitan di pembulu darah koroner itu, dengan aktivitas yang berat, ada rasa tidak nyaman, bisa berupa nyeri kaya ditusuk terus menjalar ke punggung," papar dia.

"Bisa juga kalau naik tangga dua lantai biasanya enggak capek, tiba-tiba kemudian cuma satu lantai saja sudah capek," lanjut dokter Ade.

Baca juga: Serangan Jantung pada Pegiat Olahraga, Apa Penjelasannya? 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Makanan yang Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com