Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Komunikasi Manusia dengan Tanaman

Kompas.com - 14/11/2020, 10:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA tahun 70an abad XX di Jerman saya melakukan penelitian pengaruh musik terhadap tanaman. Diyakini oleh para saintis bahwa tanaman bisa tumbuh subur apabila diiringi alunan musik mahakarya Mozart atau Bach.

Disepakati bahwa musik klasik paling efektif untuk membuat tanaman tumbuh subur. Meski sebenarnya mahakarya Bach bukan tergolong klasik namun barok.

Skeptis

Terdorong skeptisisme, saya melakukan pengamatan terhadap dua tanaman sejenis. Pada posisi ruang cukup berjauhan satu dengan lainnya, bagi tanaman yang satu saya perdengarkan rekaman musik Mozart dari zaman Wina klasik sementara tanaman yang satu lagi saya paksa “mendengarkan” musik Schoenberg dari zaman Wina modern.

Kedua tanaman sejenis itu masing-masing saya paksa “mendengar” musik yang beda zaman, beda gaya bahkan juga beda suasana. Ternyata kedua tanaman sama-sama tumbuh subur.

Ketika saya perdengarkan rekaman musik Le Sacre du Printemps mahakarya Stravinski yang memang jauh lebih berisik ketimbang Mozart yang “menyenangkan” mau pun Schoenberg yang “memusingkan” pendengarnya, ternyata kedua tanaman tetap tumbuh subur.

Kesimpulan

Berdasar penelitian organoleptis amatiran tersebut, saya memberanikan diri memetik kesimpulan bahwa pada hakikatnya jika memang berpengaruh maka musik sekadar satu dari sekian banyak unsur yang bisa mempengaruhi kesuburan tanaman.

Di samping musik masih ada unsur lingkungan biologikal, metrologikal bahkan terutama emosional yaitu perhatian serta kepedulian manusia terhadap sang tanaman.

Sekitar lima puluh tahun kemudian di masa pagebluk Corona, hipotesa subyektif saya diperkuat oleh perangai para tanaman yang dirawat di kebun hidroponik Ibu Aylawati Sarwono di Jakarta.

Ketika para tanaman dirawat langsung oleh Ibu Ayla dengan penuh perhatian dan kepedulian maka semua ijo royo-royo tumbuh subur.

Namun ketika perawatan diserahkan kepada asisten yang profesional, langsung para tanaman tumbuh secara kurang subur bahkan kemudian melayu untuk akhirnya mati bersama.

Sebagai sekarang insan awam sama sekali bukan saintis yang sejak kanak-kanak dididik orang tua untuk ojo dumeh maka saya tidak merasa berhak dumeh menyatakan apalagi memaksakan kesimpulan hasil penelitian dan pengamatan saya sendiri dijamin pasti sempurna tepat dan benar.

Silakan dibantah

Manusia tidak sempurna maka mustahil ada pemikiran manusia (apalagi saya) yang sempurna kecuali didogmakan secara paksa untuk harus sempurna.

Maka silakan hasil penelitian diletantis saya dibantah karena sebenarnya dengan mudah saya bisa saya bantah sendiri dengan dalih bahwa tidak ada penginderaan dan pemikiran manusia ditambah dengan fakta tidak ada kasus penelitian yang layak diseragamkan.

Bisa saja saya berlindung di balik dalih cetirus paribus namun malah absurd akibat yang tidak berubah pada semesta ini hanya satu yaitu perubahan itu sendiri.

Setiap unsur berjenis, bersifat, berkebutuhan, berbentuk serta bersukma beda satu dengan lain-lainnya maupun saling beda dimensi waktu dan ruang pada dirinya sendiri.

Kesimpulan yang saya simpul pada hari ini di lokasi ini jelas mustahil sama persis dengan kesimpulan yang disimpulkan esok hari di lokasi lain.

Makin mustahil apabila yang dituntut adalah kesimpulan secara sempurna tepat dan benar sementara kebenaran an sich nisbi akibat memang bukan konsepsual namun kontekstual belaka.

Maka mohon dimaafkan bahwa untuk sementara ini secara subyektif saya merasa yakin bahwa antara manusia dengan sesama manusia serta sesama mahluk hidup termasuk tanaman bisa saling berkomunikasi dengan bahasa lahir dan/atau batin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Bikin Stiker WhatsApp di iPhone dengan Mudah, Tidak Perlu Aplikasi Tambahan

Cara Bikin Stiker WhatsApp di iPhone dengan Mudah, Tidak Perlu Aplikasi Tambahan

Tren
Muncul Kilatan Petir di Puncak Gunung Ruang Saat Meletus, Ini Kata PVMBG

Muncul Kilatan Petir di Puncak Gunung Ruang Saat Meletus, Ini Kata PVMBG

Tren
Daftar 10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Mana Saja?

Daftar 10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Mana Saja?

Tren
Potensi Khasiat Buah Delima untuk Kesehatan Kulit, Salah Satunya Mengatasi Jerawat

Potensi Khasiat Buah Delima untuk Kesehatan Kulit, Salah Satunya Mengatasi Jerawat

Tren
Erupsi Gunung Ruang Berpotensi Ganggu Penerbangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara

Erupsi Gunung Ruang Berpotensi Ganggu Penerbangan di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara

Tren
Ratusan Kerbau di OKI Mati Terkena Penyakit Ngorok, Apa Itu?

Ratusan Kerbau di OKI Mati Terkena Penyakit Ngorok, Apa Itu?

Tren
Kronologi Dua Pengunjung Ragunan Tertimpa Dahan Pohon, Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Kronologi Dua Pengunjung Ragunan Tertimpa Dahan Pohon, Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Tren
5 Fakta Pengemudi Fortuner Arogan Ditangkap, Ternyata Adik Pensiunan TNI

5 Fakta Pengemudi Fortuner Arogan Ditangkap, Ternyata Adik Pensiunan TNI

Tren
Dubai Banjir, KJRI Berikan Bantuan ke WNI yang Terjebak di Bandara

Dubai Banjir, KJRI Berikan Bantuan ke WNI yang Terjebak di Bandara

Tren
Rincian Harga Paket Layanan eSIM XL, Paling Murah Rp 40.000

Rincian Harga Paket Layanan eSIM XL, Paling Murah Rp 40.000

Tren
Warganet Soroti Persyaratan Rekrutmen PT KAI, Disebut Pakai Standar Tinggi

Warganet Soroti Persyaratan Rekrutmen PT KAI, Disebut Pakai Standar Tinggi

Tren
OJK Terbitkan Daftar 537 Pinjol Ilegal per 31 Maret 2024, Berikut Rinciannya

OJK Terbitkan Daftar 537 Pinjol Ilegal per 31 Maret 2024, Berikut Rinciannya

Tren
Perempuan Brasil Bawa Mayat dengan Kursi Roda ke Bank untuk Buat Pinjaman

Perempuan Brasil Bawa Mayat dengan Kursi Roda ke Bank untuk Buat Pinjaman

Tren
KAI Buka Rekrutmen Program Management Trainee 2024, Ini Syarat, Kriteria Pelamar, dan Tahapannya

KAI Buka Rekrutmen Program Management Trainee 2024, Ini Syarat, Kriteria Pelamar, dan Tahapannya

Tren
Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com