Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Sembelih Ayam Bertelur Emas

Kompas.com - 30/10/2020, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PENERIMA anugrah The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund serta Blue Planet Prize dari The Asahi Glass Foundation, Sang Begawan Lingkungan Hidup Dunia merangkap mahaguru lingkungan hidup saya, Prof DR. Emil Salim menilai proyek Jurassic Park di Taman Nasional Komodo sama dengan menyembelih ayam bertelur emas

Jurassic Park

Saya tidak tahu apakah istilah Jurassic Park gagasan pemerintah sebagai promosi proyek industri pariwisata spektakular atau buatan masyarakat yang keberatan Jurassic Park dihadirkan di kawasan Taman Nasional Komodo yang sudah resmi dimaklumatkan UNESCO sebagai warisan kemahakayarayaan alam tiada dua di planet bumi maka hukumnya wajib dilindungi sama halnya dengan Taman Nasional Ujung Kulon di mana masih hadir beberapa badak cula satu yang sudah dinyatakan sebagai satwa langka yang apabila tidak dilindungi lambat namun pasti punah.

Distopia

Terlepas siapa yang membangun dan apa yang akan dibangun di Taman Nasional Komodo sebaiknya jangan menggunakan istilah Jurassic Park.

Memang Jurassic Park merupakan judul serial film yang kemudian berkembang menjadi Jurassic World yang produk waralaba fiksi ilmiah berawal pada tahun 1990 dan masih akan berlanjut sampai seri keenam yang direncanakan dirilis pada tahun 2022 berdasar novel karya Michael Crichton yang menarik perhatian Steven Spielberg yang kemudian difilmkan lalu diabadikan di USA National Film Registry dan Library of Congress sebagai mahakarya kultural, ekologikal serta estetikal unggulan.

Memang serial Jurassic Park merupakan fiksi ilmiah menarik untuk disimak sebagai andaikatamologi tentang yang potensial terjadi dalam upaya mengangkat binatang purba seperti Komodo sebagai komodtas industri pariwisata lukratif bagi manusia yang membangun Jurassic Park.

Namun sebenarnya segenap kisah Jurassic Park yang berkembang menjadi Jurassic World sama sekali bukan utopia sebab malah distopia dalam makna seburuk-buruknya terhadap para hewan purba yang didayagunakan sebagai daya tarik industri pariwisata dengan kedok pelestarian satwa dan kosmetik pendidikan.

Alih-alih membawa hikmah Jurassic Park malah menjadi sumber malapetaka bagi para satwa purba mau pun para turis yang mengunjungi Jurassic Park.

Pembangunan berkelanjutan

Saya berterima kasih atas begitu besarnya perhatian dan peduli pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Taman Nasional Komodo agar lebih dikenal masyarakat dunia.

Saya yakin niat pemerintah mustahil mengembangkan Taman Nasional Park menjadi Jurassic Park seperti yang didistopiakan Crichton dan Spielberg demi melindungi kepentingan para komodo mau pun para pengunjung yang ingin berjumpa dengan para komodo.

Pembangunan infra struktur siap dibangun sesuai ikrar pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati oleh para anggota PBB termasuk Indonesia sebagai pedoman pembangunan abad XXI tanpa harus mengorbankan kepentingan alam, satwa dan manusia.

Kalau mau pasti mampu. Kalau tidak mampu berarti tidak mau. (Penulis yakin pembangunan Taman Nasional Komodo ditatalaksanakan sesuai agenda pembangunan berkelanjutan demi kelestarian para komodo, manusia dan alam)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com