KOMPAS.com - Pembangunan "Jurassic Park" di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), Nusa Tenggara Timur menuai banyak reaksi beragam dari warganet.
Dalam dua hari terakhir, kata "Jurassic Park", "#SaveKomodo", "#SelamatkanKomodo", dan "Pulau Rinca" bergantian mengisi trending topik di sosial media Twitter.
Salah satu akun yang mengkiritisi pembangunan Jurassic Park Komodo itu adalah @KawanBaikKomodo.
Pada Jumat (23/10/2020), akun tersebut mengunggah sebuah foto yang menampilkan seekor komodo sedang berhadapan dengan truk.
Sedih! Komodo berhadap2an dengan truk proyek bangunan Wisata Jurassic di Pulau Rinca.
U pertama kalinya Komodo2 ini mendengar deru mesin2 mobil dan menghirup bau asapnya. Akan spt apa dampak proyek2 ini ke depannya? Masih adakah yg peduli dg konservasi?
(Photo supplied) pic.twitter.com/ph7Ulj7lnA
— Save Komodo Now (@KawanBaikKomodo) October 23, 2020
Selain itu, akun @bulanmatahariii juga menuliskan kritikannya pada pembangunan Jurassic Park. Sebab, komodo merupakan hewan introvert dan tak biasa hidup dalam keramaian.
"Dia tu introvert trs nanti disuruh adaptasi ketemu sm yg rame rame? Bayangin aja. Manusia aja bisa gak nyaman, apalagi komodo," tulis akun itu.
Baca juga: Trending #SaveKomodo, Ini Sederet Fakta Seputar Komodo
Menanggapi hal itu, peneliti herpetofauna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Evy Ayu Arida menduga pembangunan Jurassic Park itu ditujukan untuk sarana edukasi bagi masyarakat.
"Barangkali, ini cara pemerintah untuk melayani keperluan edukasi bagi masyarakat tentang adanya komodo yang habitatnya terbatas," kata Evy kepada Kompas.com, Senin (26/10/2020).
Menurutnya, ada tiga pilar dalam upaya konservasi, yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan.
Satu di antara bentuk pemanfaatan tersebut adalah pariwisata untuk edukasi tentang satwa langka, termasuk wisata di Taman Nasional Komodo.
Sayangnya menurut Evy, pembicaraan mengenai konservasi yang berkembang selama ini hanya sebatas pada perlindungan.
"Jadi kalau pembangunan itu mengganggu konservasi, saya pikir perlu diluruskan. Kalau pun dibangun, itu untuk edukasi dan sesuai dengan kaidah konservasi, hanya saja caranya perlu diperbaiki," jelas dia.
Baca juga: Polemik Jurassic Park Pulau Komodo, Ini Kata Pengamat Pariwisata
Soal foto komodo menghadang truk yang beredar di media sosial, Evy menyebut wajar jika menghebohkan. Sebab, pemandangan itu tak biasa dilihat oleh masyarakt.
Ia menuturkan, ada beberapa komodo yang sifatnya jinak dan bisa hidup berdampingan dengan manusia. Bahkan, ada banyak komodo yang bisa dijumpai di permukiman warga sehari-hari.
"Kalau dibilang introvert ya tidak seutuhnya benar, karena ada beberapa komodo yang bergantung pada manusia. Misalnya, manusia membuang sisa makanan, itu komodo yang memakannya," tutur dia.
Menurutnya, adanya komodo yang berdampingan dengan manusia ini merupakan akibat dari atraksi pemberian daging yang sudah berlangsung sejak 35 tahun yang lalu.
Saat itu, ada pemikiran bahwa atraksi pemberian daging akan membuat komodo bergantung pada manusia.
"Kemungkinan itu sudah terjadi sekarang, jadi beberapa hewan itu sudah menjadi jinak. Kalau dibilang, introvert mungkin itu yang masih liar dan tidak bertemu manusia. Tapi kalau sudah bersinggungan dengan manusia, banyak komodo yang ada di rumah-rumah," kata Evy.
Baca juga: Jurassic Park, Penolakan Warga, dan Upaya Perlindungan Habitat Komodo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.