Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Menegakkan Kedaulatan Pangan

Kompas.com - 25/09/2020, 09:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


HARI Tani Nasional yang jatuh pada 24 September adalah momen peringatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk memerdekaan kaum petani dari kemiskinan.

Hari bersejarah itu diambil dari tanggal diterbitkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada 1960.

Hari tersebut menjadi tonggak sejarah bangsa dalam memandang arti penting petani dan hak kepemilikan atas tanah, serta keberlanjutan masa depan agraria di Indonesia. Kepedulian negara terhadap kehidupan para petani mulai diwujudkan.

Namun, perjuangan untuk memerdekakan kaum petani tak selalu berjalan mulus karena kondisi internal petani dan kondisi eksternalnya yang kompleks.

Tentang kondisi internal petani, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mencatat, per April 2020 petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang. Jumlah tersebut, hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang.

Sisanya lebih dari 90 persen tergolong petani tua yang rendah tingkat pendidikannnya, gagap teknologi dan produktivitas sangat rendah.

Banyak beban persoalan

Secara eksternal, 33,4 juta petani Indonesia memikul banyak beban persoalan. Berkenaan dengan lahan misalnya, sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit. Bahkan, tak sedikit yang tak punya lahan samasekali.

Repotnya pula, para petani yang memiliki lahan pun, tak sedikit yang berhadapan dengan status kepemilikan yang tak jelas akibat konflik agraria.

Persoalaan berikutnya adalah kelangkaan bibit unggul, pengetahuan tentang pertanian yang rendah, akses ke permodalan dan teknologi pertanian yang minim, dan perubahan iklim yang tak menentu akibat pemanasan global.

Berbagai persoalan tersebut, baik secara independen maupun secara berkelompok atau bersama-sama menyebabkan produksi pertanian menjadi sangat minim.

Selain itu, harga produk pertanian pun selalu tidak stabil, sehingga pendapatan petani menjadi sangat minim. Makanya, tak mengherankan apabila sebagian besar petani Indonesia termasuk dalam kategori penduduk miskin.

Ironis memang, petani yang adalah produsen pangan, justru menjadi penduduk yang paling rentan menderita kekurangan pangan dan gizi.

Ilustrasi sawahDok. Kementerian Pertanian Ilustrasi sawah

Menurut penulis, berhadapan dengan kondisi yang demikian, negara harus hadir sebagai pelayan bukan tuan; sebagai satu entitas bukan multi-sektoral; sebagai penyedia barang dan jasa publik, bukan broker dan pengalih tanggung jawab; sebagai penegak keadilan bukan pencipta kesenjangan.

Dengan kata lain, negara harus menyelamatkan para petani. Untuk maksud itu, negara harus mulai dengan menyelamatkan atau menegakkan kedaulatan pangan nasional. Sebab, apabila pangan ‘berdaulat’ maka petani akan merdeka atau mengalami kesejahteraan.

Krisis pangan

Ibarat dua sisi mata uang, petani dan pangan tak dapat dipisahkan. Itu berarti, ketika membahas persoalan petani, kita mau tak mau membahas persoalan pangan. Demikian pula sebaliknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com