Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Konsumsi Bayam? Ketahui Hal Ini Agar Tak Berubah Jadi Bahaya

Kompas.com - 13/09/2020, 06:30 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sayur bayam, sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Berbagai olahan dari sayur bayam dibuat, mulai dari masakan berkuah hingga keripik.

Meski mengangung nutrisi, mineral, dan vitamin bagi tubuh, sayur bayam bisa menjadi berbahaya jika perlakuannya tidak tepat.

Ahli gizi dr Tan Shot Yen menjelaskan, sayur bayam banyak mengandung senyawa nitrat.

Zat ini dapat berubah menjadi nitrit dan nitrosamin jika bayam dimasak, didiamkan, lalu dipanaskan secara berulang.

Saat nitrat berubah menjadi nitrit dan nitrosamin, kandungan senyawa yang ada dalam bayam akan berubah.

"Jadi masalah jika nitrat ini berubah jadi nitrit dan nitrosamin. Dan ada enzim dari bakteri dapat mengubah nitrat menjadi nitrit. Ini bisa terjadi apabila bayam diolah, dimasak, didiamkan lalu dipanaskan secara berulang," kata Tan saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/9/2020).

Ia menambahkan, nitrosamin dipercaya berfungsi sebagai karsinogen untuk orang yang antioksidan di dalam tubuhnya tidak cukup.

Baca juga: 10 Manfaat Konsumsi Bayam untuk Tubuh

Nitrit, lanjut dia, dapat berbahaya jika dikonsumsi bayi di bawah 6 bulan. Hal tersebut dikarenakan nitrit dapat menghalangi transportasi oksigen oleh Hb atau hemoglobin.

"Hb-nya berubah menjadi methemoglobin," ujar Tan.

Kondisi ini akan mengakibatkan baby blue syndrome karena transportasi oksigen yang terganggu, hemoglobin mempunyai fungsi sebagai transportasi oksigen dalam tubuh.

"Dan ini bisa menjadi fatal," tutur Tan.

Sekali masak

Ia menyampaikan, dalam memasak sayur bayam lebih baik dalam jumlah cukup dan habis sekali konsumsi.

"Ambil bayam segar, secukupnya agar sekali masak bisa dihabiskan bersama," tutur dia.

Proses memasaknya pun juga disarankan tidak terlalu lama.

Baca juga: 6 Sayuran yang Dibenci Anak-anak dan Cara Mengolahnya

"Masukkan beberapa detik saja sampai agak layu tapi masih hijau segar, mirip kayak kita rebus kangkung buat pecel atau gado-gado. Matikan kompor," tambahnya. 

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bayam mengandung zat besi yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari telur. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat menggantikan zat besi hewani.

Sebab, kata Tan, kemampuan tubuh manusia dalam menyerap zat besi dari sumber non-hewani tidak sebanyak dan seefisien dari sumber hewani.

"Maka bisa disebut bioavailability zat besi bayam jauh lebih rendah dari sumber hewani," jelas Tan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com