Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Suara Kambing Mengembik di Istana Presiden

Kompas.com - 07/09/2020, 09:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik dan diberi rahmat kesehatan.

Selain karena upaya kita merawat, kesehatan adalah rahmat. Syukur atas upaya kita merawat dan diberikannya rahmat kesehatan itu.

September sudah kita jalani seminggu ini dan kita sadar, banyak hal di luar perkiraan dan prediksi. Salah satunya soal prediksi kapan puncak pandemi terjadi. Kita kembali tersadarkan, banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri.  

Kamu pasti masih ingat prediksi sejumlah lembaga di awal-awal pandemi mengenai puncak pandemi. Ada yang menyebut Juni, Juli dan Agustus. September sedang kita jalani dan tampaknya puncak itu belum kita masuki.

Pekan lalu, saat enam bulan kita dalam situasi pandemi karena Covid-19, rekor penambahan kasus harian tertinggi masih terjadi.

Kamis (3/9/2020) lalu, tercatat 3.622 penambahan kasus baru. Akumulasi kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 184.268 dengan 7.750 pasien meninggal dunia. Kabar baiknya, tercatat 132.055 pasien sembuh.

Kapan puncak pandemi akan terjadi? Melihat melesetnya semua prediksi, banyak ahli dan lembaga tidak obral soal hal ini.

Prediksi puncak pandemi paling aman memang menyebut rentang waktu dan ini dikatakan. Akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021 disebut sebagai prediksi.

Apakah ini benar-benar akan terjadi nanti? Tidak ada yang memastikan juga. Saya melihat itu sebagai harapan, bukan semata-mata prediksi.

Sekali lagi, banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri.

Keseimbangan antara gas dan rem

Dalam situasi seperti ini, saya dan beberapa pemimpin redaksi media massa diundang ke Istana Kepresidenan RI di Bogor untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Pertemuan terjadi pada 4 September 2020 selepas shalat Jumat.

Presiden Joko Widodo berfoto bersama usai bertemu dengan beberapa pemimpin redaksi media massa. Di antaranya adalah Pemimpin Redaksi Kompas.com, CNN dan Trans Corp, Koran Tempo, Republika dan Liputan 6. Istana Kepresidenan Presiden Joko Widodo berfoto bersama usai bertemu dengan beberapa pemimpin redaksi media massa. Di antaranya adalah Pemimpin Redaksi Kompas.com, CNN dan Trans Corp, Koran Tempo, Republika dan Liputan 6.
Ini bukan petemuan pertama dengan Presiden Jokowi. Namun, ini pertemuan pertama sejak pandemi, 2 Maret 2020. Pertemuan sebelumnya dengan peserta lebih banyak terjadi akhir 2019 di Istana Kepresidenan RI di Jakarta. Lokasinya di Istana Merdeka.

Selain soal tempat yang berbeda, protokol sebelum pertemuan juga berbeda karena pandemi. Sebelum datang ke Istana Bogor, semua harus harus menjalani tes swab. Hanya yang hasilnya negatif yang bisa mengkonfirmasi kehadiran.

Selama pertemuan, masker dan face shield wajib dikenakan. Meja panjang yang biasa dipakai Presiden Jokowi menerima tamu-tamunya diberi mika tebal dan tinggi di atas dahi ketika orang duduk sebagai pembatas.

Jarak antarkursi juga dibuat lebih renggang. Meja yang biasanya bisa menampung hingga 25 orang, hanya diisi 16 orang saja. Tidak ada prasmanan seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin dan Staf Khusus Bidang Komunikasi dan sekaligus Juru Bicara Presiden Fardjroel Rachman.

Tepat pukul 13.30, Presiden Jokowi tiba di tempat pertemuan. Kecuali masker kain warna hitam dan face shield, tidak ada yang berubah dari Presiden Jokowi.

Rambutnya pendek tersisir rapi. Kemeja putih lengan panjang tanpa asesori kecuali pin merah putih di dada kiri. Celana kain warna hitam terlipat di mata kaki. Sneaker hitam dengan sol putih yang sudah mulai tipis dikenakan sebagai alas kaki.

Sebelum pertemuan dimulai, saya mengamati, face shield yang saya bawa dan sama persis seperti yang dikenakan Presiden Jokowi. Semula, saya merasa tidak pantas dengan face shield yang dibelikan isteri saya di pasar dekat rumah tinggal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com