KOMPAS.com - Idul Adha adalah salah satu hari besar yang diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia.
Setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam penanggalan Hijriyah, umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan juga melaksanakan ibadah kurban.
Di Indonesia, dalam dalam menjalankan ibadah kurban umumnya hewan yang disembelih adalah sapi atau kambing.
Namun, ada yang menarik dari tradisi kurban di salah satu kota di Indonesia, tepatnya di Kudus, Jawa Tengah.
Bila umumnya sapi atau kambing menjadi hewan kurban, maka di Kudus, kerbau justru menjadi hewan yang lazim dikurbankan.
Tradisi penyembelihan kerbau sendiri tidak terlepas dari sejarah penyebaran agama Islam di Kudus.
Baca juga: Hmm... Segar dan Gurihnya Soto Kudus
Mengutip Harian Kompas, Minggu (20/6/1993), asal muasal tradisi ini bisa ditarik hingga awal abad ke-16, ketika Sunan Kudus yang bernama asli Ja'far Shodiq menyebarkan agama Islam di wilayah ini.
Sunan Kudus adalah salah satu dari Wali Songo, yang berusaha memelopori pentingnya kerukunan antarumat beragama.
Ini tercermin saat ia mengawali menyebarkan ajaran Islam, di tengah masyarakat Kudus yang saat itu mayoritas memeluk ajaran Hindu.
Sunan Kudus mencoba menarik simpati masyarakat dengan cara melarang atau mengimbau kepada para pengikutnya agar tidak menyembelih sapi, karena sapi merupakan hewan yang disucikan umat Hindu.
Dengan cara ini Sunan Kudus berusaha meluaskan ajaran Islam tanpa menyinggung perasaan umat agama yang lain. Secara bertahap, akhirnya masyarakat Kudus saat itu banyak yang tertarik untuk mengikuti ajaran Islam.
Meski larangan atau anjuran tidak menyembelih sapi itu hanya merupakan salah satu kiat Sunan Kudus, tapi ternyata pada perkembangan berikutnya hal ini mengakar pada masyarakat Kudus.
Hal itu bisa dibuktikan dengan keragaman kuliner khas Kudus yang menggunakan daging kerbau sebagai bahan utamanya, seperti sate kerbau, dan juga soto kerbau.
Lalu, bagaimana perkembangan tradisi tersebut saat ini? masih relevankah di tengah masyarakat Kudus?
Baca juga: Indonesia Diminta Lakukan 300.000 Tes PCR dalam Sehari, Ini Alasannya