Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Negara Maju Berkompetisi Dapatkan Vaksin Corona

Kompas.com - 12/07/2020, 14:39 WIB
Mela Arnani,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ahli memperingatkan bahwa nasionalisme memunculkan perburuan vaksin dan obat Covid-19 yang akan merusak ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Analis di Eurasia Group berspekulasi, ketegangan atas vaksin corona akan memanas selama musim panas dan memprediksi pertempuran akses akan merentang hingga 2021 atau 2022.

"Negara-negara kaya dan miskin akan terlibat dalam upaya pengadaan yang agresif dengan implikasi politik, ekonomi, dan kesehatan masyarakat yang signifikan," kata para ahli dalam catatan awal tahun ini seperti dilansir dari CNBC Internasional.

Kelompok penelitian berpendapat, sejumlah negara telah berusaha untuk merebut akses pertama terhadap vaksin melalui investasi skala besar.

"Di AS, Otoritas Pengembangan Penelitian Canggih Biomedis (BARDA) telah menyebarkan investasinya di sejumlah kandidat vaksin dalam upaya untuk mengurangi risiko keuangan bagi perusahaan farmasi dan mengunci akses prioritas ke vaksin yang sukses," ujar penulis.

Baca juga: Soal Pengujian Virus Corona, Mana Tes yang Lebih Akurat?

Negara-negara di dunia berlomba dapatkan vaksin

BARDA memiliki kepentingan finansial dalam kandidat vaksin Moderna, dan telah berinvestasi dalam penelitian awal yang dilakukan oleh perusahaan Prancis Sanofi dan GlaxoSmithKline dari Inggris.

Pada Mei, AS juga menginvestasikan 1 miliar dollar AS untuk vaksin potensial AstraZeneca, yang tengah dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford.

Raksasa farmasi Inggris-Swedia ini menargetkan memproduksi dua miliar dosis vaksin, dan meluncurkan 400 juta dosis ke AS dan Inggris pada Oktober mendatang.

Vaksin AstraZeneca juga telah menerima investasi jutaan dolar dari pemerintah Inggris dan pembayaran 843 juta dollar AS dari beberapa negara Uni Eropa, yang telah mengamankan akses ke vaksin jika terbukti efektif.

Sementara itu, Dewan Riset Nasional pemerintah Kanada telah menandatangani kesepakatan dengan CanSino Biologics China untuk memproduksi vaksinnya dan melakukan uji klinis di Kanada musim panas ini.

Menurut analis Eurasia, hal ini memberi jalur masuk akses pada Kanada.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Corona di Indonesia, dari Rekor Kasus Baru hingga Jumlah Kasusnya Dekati China

Ekonomi global akan hancur tanpa vaksin

Ian Goldin, profesor Globalisasi dan Pembangunan di Universitas Oxford dan mantan wakil presiden Bank Dunia, juga memperingatkan akan ada konsekuensi jika negara berusaha membuat distribusi vaksin menjadi perusahaan nasional.

"Tidak seharusnya negara dengan kantong terdalam (kaya) mampu melindungi warganya tetapi di negara-negara miskin oran-orang mati," lanjut dia.

Goldin mengatakan kegagalan untuk menginokulasi atau mensterilkan populasi global terhadap Covid-19 akan memiliki implikasi ekonomi jangka panjang.

"Selama beberapa bagian dunia menderita corona virus, ekonomi global tidak dapat pulih," papar dia. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com