KOMPAS.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui adanya potensi penularan virus corona melalui udara pada Kamis (9/7/2020).
Bukti menunjukkan, konsentrasi virus SARS-CoV-2 di udara tetap tinggi selama berjam-jam di udara stagnan, dan dapat menginfeksi seseorang ketika mereka menghirupnya.
Adapun risiko paling tinggi adalah berada di dalam ruangan tertutup dengan ventilasi buruk.
Baca juga: Indonesia Disebut Masuk Fase Berbahaya, Kapan Pandemi Akan Berakhir?
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan aktivitas outdoor atau beraktivitas di ruang terbuka aman dilakukan, asalkan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan.
"Outdoor activities lebih aman namun tetap harus menjaga jarak, memakai masker dan biasakan cuci tangan," ujar DickY saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).
Ia juga mengatakan, aktivitas outdoor bisa lebih diperbanyak dibandingkan dengan indoor.
Seperti yang telah dijelaskannya di atas, Dicky menekankan mengenai pentingnya penggunaan masker baik saat beraktivitas indoor maupun outdoor.
"Gunakan masker di dalam dan luar ruangan. Kecuali di rumah," ucap dia.
Baca juga: Fakta Baru Kasus Corona di Indonesia, dari Rekor Kasus Baru hingga Jumlah Kasusnya Dekati China
Sementara itu, seorang ahli epidemiologi dan asisten profesor di Harvard Medical School, Julia L. Marcus juga mengatakan hal serupa.
Mengutip New York Times (15/5/2020), Julia mengatakan, berkegiatan di luar ruangan tetap diperlukan. Namun upaya untuk menerapkan risiko pengurangan virus juga harus dilakukan.
“Kita tahu bahwa berada di luar rumah berisiko lebih rendah untuk penularan virus corona daripada berada di dalam ruangan. Di akhir pekan yang cerah dan indah, saya pikir pergi ke luar diindikasikan, tetapi saya juga berpikir ada hal-hal yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko,” ujar Julia.
Baca juga: Desakan WHO, Penyebaran Virus Corona, dan Tingginya Kasus Covid-19 di AS...
Seorang Profesor Kedokteran di Vanderbilt University, William Schaffner mengingatkan, meskipun virus corona lebih berpotensi menular di ruang tertutup, tidak berarti orang-orang bebas untuk berkerumun di tempat terbuka seperti misalnya pantai.
"Virus ini benar-benar menyukai orang-orang yang berada di dalam ruangan di ruang tertutup untuk waktu yang lama dalam kontak dekat," kata William sebagaimana dikutip dari Business Insider (17/5/2020).
Mengutip ABC News (3/7/2020), dibandingkan melakukan pertemuan di dalam ruangan tertutup, melakukan pertemuan dalam jumlah kecil di luar ruangan akan jauh lebih aman.
"Ketika Anda berada di ruangan kecil di dalam ruangan, Anda akhirnya menghirup banyak udara yang tidak diedarkan. Berada di luar ruangan jauh lebih baik daripada di dalam ruangan, di mana jumlah volume udara dibatasi dan resirkulasi sedikit," kata Dr Barun Mathema, Asisten Profesor Epidemiologi dari Universitas Mailman Columbia.
Baca juga: Fakta Baru Kasus Corona di Indonesia, dari Rekor Kasus Baru hingga Jumlah Kasusnya Dekati China