Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Sepeda Sedunia dan Perubahan Gaya Hidup di Tengah Pandemi...

Kompas.com - 03/06/2020, 12:36 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bersepeda kini telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup sehat. Tak hanya di Indonesia, sepeda juga digemari orang-orang di seluruh dunia.

Setiap tahunnya pada 3 Juni diperingati sebagai Hari Sepeda Sedunia atau Hari Sepeda Internasional.

Awal mulanya hal itu ditetapkan oleh United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada April 2018, Majelis Umum PBB mendeklarasikan 3 Juni sebagai Hari Sepeda Dunia.

Baca juga: Sepak Terjang Benny Wenda, Disebut Dalang Kerusuhan Papua hingga Datangi Sidang PBB

Dilansir laman resmi UN, latar belakang dirayakannya hari bersepeda adalah adanya berbagai manfaat dari kegiatan bersepeda.

Sepeda merupakan alat transportasi sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan.

Selain itu ada beberapa alasan perlunya merayakan hari bersepeda menurut WHO:

  1. Sepeda adalah alat transportasi yang sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan.
  2. Sepeda dapat berfungsi sebagai alat untuk pengembangan dan sebagai sarana tidak hanya transportasi tetapi juga akses ke pendidikan, perawatan kesehatan dan olahraga.
  3. Sinergi antara sepeda dan pengguna menumbuhkan kreativitas dan keterlibatan sosial dan memberi pengguna kesadaran langsung tentang lingkungan setempat.
  4. Sepeda adalah simbol transportasi berkelanjutan dan menyampaikan pesan positif untuk mendorong konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan memiliki dampak positif pada iklim.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Sejarah perkembangan sepeda yang awal pembuatannya dipengaruhi peristiwa letusan Gunung Tambora 1815- Sejarah perkembangan sepeda yang awal pembuatannya dipengaruhi peristiwa letusan Gunung Tambora 1815

Beberapa hal yang diserukan terkait Hari Sepeda Sedunia antara lain mendorong negara-negara anggota untuk mencurahkan perhatian khusus pada sepeda dalam strategi pembangunan lintas sektoral, memasukkan sepeda dalam kebijakan serta program pembangunan.

Selain itu mendorong negara-negara anggota untuk meningkatkan keselamatan jalan dan mengintegrasikannya ke dalam mobilitas berkelanjutan, perencanaan, dan desain infrastruktur.

Baca juga: Berikut Panduan Lengkap Kegiatan Keagamaan di Tempat Ibadah Selama Pandemi Corona

Penemuan sepeda

Meski sepeda diklaim diciptakan oleh orang Jerman, ternyata sepeda yang sering kita temui saat ini tercipta akibat letusan Gunung Tambora di NTT pada 1815.

Sebagaimana dituliskan dalam referensi sejarah, letusan tambora 2 abad lalu tersebut menjadi salah satu yang terkuat di kunia. 92.000 orang dikabarkan meninggal akibat perisitwa vulkanik itu.

Abu yang disemburkan Tambora disebut mempengaruhi suhu rata-rata dunia. Letusan tersebut bahkan membuat sejumlah negara di belahan bumi utara tak memiliki musim panas selama satu tahun.

Tak hanya di Swiss, tahun tanpa musim panas juga melanda seluruh daratan Eropa. Gagal panen dan kelaparan merajalela. Di Irlandia, selama bulan Mei dan September 1816 terjadi hujan selama 142 dari 153 hari.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Hebat Gunung Tambora yang Mengubah Dunia

Pada tahun itu juga, epidemi tipus merajalela di Eropa tenggara dan Mediterania sehingga menewaskan sedikitnya 10.000 jiwa. Bahkan, sebagian menyebut angka ratusan ribu. Tak heran jika banyak sejarawan menulis, letusan Tambora telah menyebabkan ”krisis terakhir dan terbesar di dunia Barat”.

Letusan Tambora telah menyebabkan ”krisis terakhir dan terbesar” di dunia Barat.

A ladies safety bicycle from 1889. (Image credit: Public domain.)livescience A ladies safety bicycle from 1889. (Image credit: Public domain.)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com