Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Penularan Virus Corona pada Tenaga Medis, Peneliti Australia Ciptakan "Personal Ventilation Hood"

Kompas.com - 23/04/2020, 13:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, bekerja sama dengan Western Health merancang personal ventilation hood yang dapat dipasang pada tempat tidur pasien terinfeksi virus corona yang dirawat di rumah sakit.

Alat ini berupa tudung transparan yang dapat digerakkan dan dilengkapi dengan pengisap udara sehingga mampu menciptakan perlindungan terhadap menyebarnya droplet dengan cara efektif.

Dengan adanya alat ini, diharapkan bisa mencegah penularan virus corona melalui droplet terhadap tenaga medis.

Ukuran alat ini cukup besar, mampu menutupi peralatan medis yang melekat pada tubuh pasien.

Personal ventilation hood ini membantu membatasi tetesan yang lebih besar ke area yang diketahui di sekitar pasien. Sementara, tetesan yang lebih kecil diisap melalui sistem ventilasi yang terpasang dan disaring melalui filter udara partikulat efisiensi tinggi,” kata peneliti utama yang juga merupakan Ahli Mekanika Fluida dari Fakultas Teknik Universitas Melbourne, Profesor Jason Monty, seperti dikutip dari website Universitas Melbourne.

Ide pembuatan alat ini berawal dari spesialis perawatan intensif di Western Health, Dr. Forbes McGain.

Baca juga: Para Ahli Kaji Mimpi yang Dialami Orang-orang Selama Pandemi Virus Corona, Apa Hasilnya?

Ia memikirkan bagaimana para petugas kesehatan bisa lebih terlindungi dengan cara mengisolasi setiap pasien yang menjalani perawatan Covid-19.

Apalagi, pasien yang sakit parah idealnya dirawat di ruangan khusus bertekanan negatif dan tidak semua rumah sakit memilikinya.

Kemudian, dikembangkanlah konsep personal ventilation hood tersebut. 

"Ini dirancang agar ada penghalang fisik antara pasien dan perawat sehingga ketika pasien batuk atau ketika perawat melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan risiko, kipas di belakang akan menarik udara ke atas pasien dan menjauh dari perawat. Kemudian, udara keluar setelah melalui filter HEPA yang dirancang untuk membersihkan dan menggosok udara dari virus,” ujar McGain, melansir dari Quick Take by Bloomberg, Selasa (21/4/2020).

Profesor Jason Monty, yang juga terlibat dalam pembuatan alat ini, mengatakan, filter HEPA adalah filter yang akan menangkap 99,97 persen partikel atau droplet yang berukuran lebih besar dari 0,3 mikron.

Perangkat tersebut kemudian diujicobakan dan diuji bersama tim peneliti dinamika fluida, yang dikonsultasikan kepada spesialis perawatan intensif, perawat, dan pakar penyakit menular lain di Western Health untuk memastikan penerapannya praktis, higienis, efektif dan aman.

McGain mengatakan, selama pandemi Covid-19, para tenaga medis terus bekerja di bawah bayang-bayang risiko penularan dan kontaminasi silang.

"Pengujian kami telah menunjukkan bahwa tudung ini memungkinkan petugas layanan kesehatan untuk berinteraksi dengan pasien dan tetap melihat kondisi mereka secara visual melalui plastik bening, tetapi dengan pengurangan risiko infeksi," kata McGain.

Perangkat prototipe dibuat menggunakan komponen yang mudah diakses dengan biaya rendah sehingga cocok bagi negara berkembang.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Melbourne, Profesor Mark Cassidy, menyambut baik kesempatan untuk terlibat mendukung sektor kesehatan selama pandemi virus corona.

"Kami senang bahwa para peneliti kami dapat menerapkan keterampilan berbasis penelitian mereka untuk memberikan dukungan vital bagi petugas kesehatan pada saat dibutuhkan," kata Profesor Cassidy.

Baca juga: Dokter Taiwan Beri Ide Alat Pelindung Sederhana untuk Lindungi Paramedis Tertular Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Ramai soal Loker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Ramai soal Loker untuk Lansia, Praktisi Apresiasi sebagai Pemberdayaan Strategis dan Inklusif

Tren
Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Profil Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu yang Meninggal di Usia 96 Tahun

Tren
Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Benarkah Rupiah Melemah Bisa Menyebabkan Inflasi di Indonesia? Ini Kata Pakar

Tren
Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Daftar Sementara Atlet Indonesia yang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Sudah 17 Orang

Tren
Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Duduk Perkara TikToker Galihloss Ditangkap Polisi

Tren
TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

TPA Terbesar di India Kebakaran Selama 24 Jam, Keluarkan Asap Beracun

Tren
5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

5 Efek Samping Menahan Buang Air Kecil Terlalu Lama

Tren
Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Sup di Jepang Berumur 79 Tahun Tetap Nikmat dan Aman Dimakan, Apa Rahasianya?

Tren
5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

5 Pilihan Ikan Lokal Tinggi Omega 3, Makan Minimal 2 Porsi Seminggu

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

[POPULER TREN] Musim Kemarau Diprediksi Mundur Mei | Prakiraan Cuaca BMKG 23-24 April

Tren
Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Magnum Indonesia Pastikan Produk Es Krimnya Aman Dikonsumsi

Tren
Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI

Amankah Bayi yang Baru Lahir Dipijat? Ini Penjelasan Dokter dan IDAI

Tren
Kisah Pilu Bayi Sebatang Kara di Gaza, Lahir dari Rahim Ibu yang Meninggal Dunia

Kisah Pilu Bayi Sebatang Kara di Gaza, Lahir dari Rahim Ibu yang Meninggal Dunia

Tren
Apakah Peserta Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Wajib Ikut Trial Test? Ini Jawaban FHCI

Apakah Peserta Rekrutmen Bersama BUMN 2024 Wajib Ikut Trial Test? Ini Jawaban FHCI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com