KOMPAS.com - Silvia Bertuletti (48) memerlukan waktu 11 hari untuk membujuk seorang dokter melalui telepon agar mengunjungi ayahnya yang mengalami demam dan kesulitan bernapas.
Ketika seorang dokter panggilan pergi ke rumahnya di dekat Bergamo, pusat penyebaran virus corona di bagian utara Italia pada Rabu (18/3/2020) malam, keadaaan sudah terlambat.
Ayahnya yang berusia 78 tahun dinyatakan meninggal pada pukul 1.10 pagi, Kamis (19/3/2020) dini hari atau sepuluh menit sebelum ambulans tiba.
Satu-satunya obat yang ia resepkan, melalui telepon, adalah obat penghilang rasa sakit ringan dan antibiotik spektrum luas.
"Ayah saya dibiarkan mati sendirian di rumah tanpa bantuan. Kami ditinggalkan begitu saja. Tidak ada yang layak mendapatkan perlakuan seperti itu," kata Bertuletti, warga Italia seperti dilansir dari Reuters.
Wawancara dengan keluarga, dokter, dan perawat di wilayah Lombardy menunjukkan bahwa banyak orang mengalami nasib sama seperti Bertuletti.
Bahwa skornya sekarat di rumah karena gejalanya tidak terkendali dan konsultasi telepon tidak selalu cukup.
Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir
Menurut sebuah studi baru-baru ini tentang catatan kematian, jumlah kematian di Provinsi Bergamo sebenarnya bisa lebih dari dua kali lipat jumlah resmi yang didapatkan dari kematian di rumah sakit.
Ketika perjuangan global untuk menyelamatkan jiwa berpusat pada peningkatan pasokan ventilator rumah sakit, beberapa dokter mengatakan kurangnya perawatan kesehatan primer terbukti sama mahalnya.
Sebab, petugas medis tak dapat atau tidak akan melakukan kunjungan rumah, sesuai dengan saran medis untuk beralih ke pengobatan jarak jauh.
"Apa yang menyebabkan situasi ini adalah bahwa banyak dokter keluarga tidak mengunjungi pasien mereka selama berminggu-minggu," kata Riccardo Munda, seorang dokter di Selvino dan Nembro.
Menurutnya, banyak kematian dapat dihindari jika orang-orang di rumah segera menerima bantuan medis.
Akan tetapi, para dokter tidak memiliki cukup masker dan pakaian untuk melindungi diri mereka dari infeksi serta tidak dianjurkan melakukan kunjungan, kecuali jika benar-benar diperlukan.
Ketika pekerja rumah sakit diberi akses prioritas ke masker, beberapa dokter keluarga mengatakan mereka pergi tanpa masker dan merasa tidak dapat mengunjungi pasien dengan aman.
Baca juga: Saat Virus Corona Renggut Nyawa Satu Keluarga di Italia...