Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Warisan Mahakarya Pemikiran Peradaban di Tengah Pagebluk Corona

Kompas.com - 30/03/2020, 16:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Teori ekonomi pasar menyatakan, produk dengan kebutuhan konsumen melebihi daya produksi produsen maka harga jual-belinya akan naik.

Dogma

Akibat dilindungi dogma cetirus paribus (faktor-faktor yang dianggap tetep -red), maka teori ekonomi pasar beraura sakral, wajib harus benar, dianggap lazim bahkan kodrati tidak-bisa-tidak-pasti-harus-begitu tanpa boleh dibantah.

Maka adalah wajar apabila harga masker dan hand-sanitizer meningkat sampai 500 persen akibat kecemasan terhadap virus Corona memicu kebutuhan jauh melampaui penawaran yang juga ikut melangitkan harga tekstil sebagai bahan masker serta botol kosong sebagai wadah cairan hand-santizer.

Maka wajarlah harga kain dan botol kosong naik sampai berlipat-ganda yang jelas menguntungkan produsen dan distributor masker dan hand-sanitizer.

Kemanusiaan

Namun tidak semua pihak diuntungkan dengan kenaikan harga masker dan hand-sanitizer.

Misalnya para pejuang kemanusiaan, yang dengan segenap keterbatasan daya ekonomi namun dengan segenap kelebihan daya kemanusiaan berhasil menggerakkan semangat swadaya masyarakat membuat masker dan hand-sanitizer Made by the People of Indonesia.

Para pelaku gerakan swadaya masyarakat benar-benar kewalahan sampai sempoyongan lalu mati-suri akibat terpukul kenaikan harga bahan masker dan botol kosong sebagai wadah cairan hand-sanitizer yang sebenarnya bukan untuk dijual tetapi untuk disumbangsihkan secara gratis kepada masyarakat kurang mampu ekonomi yang tentu saja juga ingin selamat dari ancaman angkara murka virus Corona.

Syukur alhamdullilah, ada segelintir pemilik modal tidak kalah bernurani kemanusiaan sehingga secara frontal melawan hukum-bisnis dengan berkenan membeli masker dan hand-sanitizer produksi swadaya masyarakat untuk kemudian secara gratis disumbangsihkan kepada masyarakat yang membutuhkannya.

Adam Smith

Apa yang terjadi pada kenyataan kemelut pasar pada masa pagebluk Corona merupakan bukti tak terbantahkan bahwa semangat kapitalisme mengejar profit kehartabendaan memang berhasil mengungguli semangat kemanusiaan mengejar profit kebajikan.

Para pemberhala kapitalisme kaliber die hard fundamentalis pasti hanya sejenak mengangkat bahu sambil garang bersabda “So what!”.

Teori ekonomi pasar aliran kapitalisme memang dogmatis. Tidak dibolehkan untuk diganggu gugat.

Pada hakikatnya, segenap teori ilmu ekonomi memang sekedar terbatas melukiskan Das Sein (yang ada secara konkret –red).

Sejatinya makna peradaban justru terletak pada upaya mengubah Das Sein menjadi Das Sollen (yang seharusnya menurut kaidah hukum/ peraturan/ norma –red) demi menjunjung tinggi kemanusiaan sebagai mahkota peradaban.

Apabila manusia berhenti pada Das Sein berarti peradaban mogok berhenti di tempat.

Seyogianya jangan dilupakan fakta bahwa sebenarnya sang Bapak Ilmu Ekonomi, Adam Smith, bukan hanya menulis Das Sein yang tertuang di dalam buku supra popular The Wealth Of Nations.

Sang mahapemikir pemikiran sosial asal Skotlandia itu telah menuangkan Das Sollen ke dalam buku yang memang tidak terlalu popular namun sebenarnya jauh lebih mendalam kearifannya sebagai warisan mahakarya pemikiran peradaban yaitu The Theory of Moral Sentiments.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com