KOMPAS.com - Hari ini 13 tahun yang lalu, tepatnya 7 Maret 2007, pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-200 terbakar di Bandara Adisutjipto.
Pesawat tujuan Yogyakarta dari Jakarta ini mengalami guncangan hebat sebanyak dua kali saat mendarat. Guncangan ini disusul dengan percikan api dari roda depan.
Melansir Harian Kompas, 8 Maret 2007, pesawat pun turun dan naik tanggul sedalam 3 meter. Kondisi ini membuat pesawat Garuda, Boeing 737/400 dengan nomor penerbangan GA-200 ini hancur setelah terbakar dan meledak.
Saat roda depan pesawat menyentuh landasan pacu, tiba-tiba muncul percikan api dan asap. Saat itu, percikan api masih kecil.
Namun, percikan api dari roda depan pesawat dengan pilot M Marwoto dan kopilot Budiman ini semakin membesar dan disertai kepulan asap.
Setelah keluar dari landas pacu, pesawat melewati lapangan rumput, menuruni tanggul sedalam tiga meter dimana di bawah tanggul dipasang pagar besi setinggi satu setengah meteran.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pengambilan Foto Ikonik Che Guevara
Pesawat lalu melewati got selebar 50 sentimeter, pemisah jalan (divider) setinggi 30 sentimeter selebar satu meter, turun ke jalan raya dua arah masing-masing selebar enam meter dengan divider selebar 1,5 meter.
Pesawat kemudian melanggar got kecil, menabrak pagar berduri dan menanjak lagi ke tanggul luar setinggi 3 meter sebelum kedua mesin di kiri-kanan sayap pesawat terlepas.
Di lahan kebun kacang itu, pesawat pun berhenti dalam kondisi terbakar dan sesaat kemudian terjadi ledakan besar.
Puluhan awak berhamburan ke arah ujung landasan, termasuk sejumlah mobil pemadam kembarkan dan ambulans.
Sekitar dua atau tiga menit dari saat mendarat, terdengar letusan keras dan pesawat pun diselimuti api.
Melansir Harian Kompas, 12 April 2007, kecepatan pesawat Garuda ini diketahui terlalu tinggi.
Dari hasil pembacaan rekaman data penerbangan, kecepatan pesawat berada di atas 130 knot dengan posisi flap hanya 5 derajat.
Keterangan tersebut merupakan salah satu fakta yang diungkapkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam laporan hasil investigasi awal kasus kecelakaan ini.
Menurut KNKT, kemiringan pesawat saat mendarat juga terlalu curam. Akibatnya, pesawat gagal berhenti pada landasan pacu 09, meluncur melewati batas ujung landasan sehingga pesaat menabrak pagar besi bandara,