Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Difabel Meninggal karena Ayahnya Dikarantina, Pejabat Partai Komunis Dipecat

Kompas.com - 10/02/2020, 14:42 WIB
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Beberapa waktu lalu, kisah mengenai Yan Cheng, bocah difabel yang meninggal saat orang tuanya dikarantina karena infeksi virus corona sempat menghebohkan publik.

Pada 29 Januari, anak laki-laki penderita kelumpuhan otak tersebut meninggal. Saat  itu, ia seharusnya berada di bawah perawatan para pejabat Partai Komunis Kota Huajiahe akibat orang tuanya dikarantina karena terinfeksi virus corona.

Melansir dari South China Morning Post, akibat peristiwa tersebut dua pejabat Partai Komunis di Provinsi Hubei dipecat.

Mereka adalah Sekretaris Partai Huajiahe, Wang Baoquan dan Wali Kota Peng Zhihong.

Sedangkan beberapa pihak lain yang dianggap bertanggungjawab atas kematian Cheng diperkirakan akan didisiplinkan.

Akan tetapi terkait penyebab kematian belum ditentukan.

Baca juga: Begini Nasib Industri Smartphone di China Dilanda Wabah Corona

Penyebab kematian  Yan Cheng 

Investigasi yang dilakukan pejabat setempat menunjukkan ayah dari anak lelaki berusia 16 tahun itu telah mempercayakan perawatan putranya kepada kader dan dokter desa.

Meskipun mereka merawatnya setiap hari, tetapi mereka dilaporkan tidak berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi tanggung jawab perawatan Cheng.

Melansir dari pemberitaan sebelumnya, Chen hanya sendirian berada di rumah tanpa perawatan dan makanan.

Pada 24 Januari, ayah Cheng dan adik laki-lakinya yang autis berusia 11 tahun dikarantina karena mengalami tanda-tanda demam.

Adapun ibunya meninggal akibat bunuh diri sekitar setahun lalu usai adik laki-lakinya lahir.

Ayah Cheng yang tak mempercayai pejabat setempat terkait kesejahteraan putranya akhirnya memohon bantuan netizen melalui Weibo (media sosial di China).

Baca juga: 910 Orang Meninggal, China Siapkan Dana Rp 143,92 Triliun Tangani Virus Corona

Saya punya dua putra cacat. Putra sulungku Yan Cheng menderita cerebral palsy. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dia tidak bisa berbicara atau menjaga dirinya sendiri. Dia sudah berada di rumah sendirian selama enam hari, tanpa ada yang memandikannya atau mengganti pakaiannya dan tidak makan atau minum,” tulis Yan di sebuah postingan yang memuat beberapa foto dirinya dan putranya.

Ayah Cheng sempat diberitahu bahwa pejabat desa sempat memberi makan putranya dua kali dalam seminggu yakni pada Jumat dan Selasa.

Kematian Cheng pun memicu kemarahan publik di media sosial.

“Kader desa, kamu tahu berapa banyak makanan yang kamu sendiri perlu makan dalam sehari. Bagaimana Anda lupa berapa banyak makanan harian untuk diberikan kepada orang lain?” komentar seorang pengguna Weibo.

“Anak seseorang sampai meninggal. Mengapa Anda hanya harus dikeluarkan dari pekerjaan Anda? " tulis komentar lain di Weibo yang mendapatkan suka lebih dari 7.000 pengguna.

Baca juga: Update Terbaru Virus Corona: Lebih dari 900 Orang Meninggal Dunia, 40.000 Orang Terinfeksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Viral, Video Truk Melaju Tak Terkendali Tanpa Sopir di Tol Kalikangkung, Ini Kronologinya

Tren
Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Kemenkes Catat Kasus Kematian DBD Naik Nyaris 3 Kali Lipat Dibandingkan 2023

Tren
5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

5 Fakta Seputar Gunung Ruang Meletus, Berpotensi Tsunami

Tren
Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Bandara Sam Ratulangi Ditutup mulai Hari Ini akibat Erupsi Gunung Ruang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com