KOMPAS.com – Virus corona yang diduga kuat berasal dari Wuhan, China Tengah mengakibatkan wilayah tersebut diisolasi guna mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.
Virus ini belakangan juga diketahui telah menyebar ke beberapa negara. Sejumlah negara telah mengkonfirmasi adanya temuan kasus terkait dengan virus corona.
Beberapa gejala yang dikeluhkan oleh mereka yang terinfeksi virus corona 2019-nCoV mirip dengan gejala coronavirus yang lain.
Umumnya pasien akan mengeluhkan sejumlah gejala seperti suhu tubuh tinggi, batuk kering, napas pendek atau kesulitan bernafas.
Namun, melansir dari South China Morning Post penelitian baru pada virus corona Wuhan, menemukan, virus mungkin hidup pada individu tanpa gejala yang jelas.
Para peneliti mengatakan, pasien dalam kondisi demikian disebut para peneliti dengan sebutan “pneumonia berjalan”.
Terkait dengan adanya pneumonia berjalan ini, peneliti mengingatkan perlunya pelacakan orang-orang yang sudah melakukan kontak dengan pasien untuk mencegah jumlah kasus yang ada menyamai wabah SARS 2003.
Baca juga: 30 dari 31 Provinsi di China Terkonfirmasi Adanya Virus Corona
Temuan tersebut dilaporkan dalam jurnal medis The Lancet edisi Jumat. Tim peneliti di jurnal itu terdiri dari dokter yang merupakan pakar penyakit menular terkemuka Hong Kong, salah satunya Profesor Yuen Kwok-yung.
Hal tersebut berdasarkan penelitian pada keluarga berjumlah 7 orang yang dirawat di Rumah Sakit Shenzen milik Universitas Hong Kong antara 10-15 Januari 2020.
Keenam anggota dari tujuh orang itu didiagnosis positif terinfeksi 2019-nCoV tanpa diketahui bagaimana mereka mendapatkannya.
Dari keenam anggota tersebut, seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun tak menunjukkan gejala apapun layaknya seseorang yang telah terinfeksi.
Tetapi anehnya, hasil scan CAT dari paru-parunya menunjukkan tanda-tanda pneumonia pada paru-parunya.
“Seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini, penting untuk mengisolasi pasien dan melacak kontak sedini mungkin karena infeksi asimptomatik (penyakit tanpa gejala, red) tampaknya mungkin,” ujar laporan tersebut.
Keenam pasien tersebut sebelumnya sempat melakukan perjalanan ke Wuhan dari Shenzen antara tanggal 29 Desember dan 4 Januari.
Adapun pasien laki-laki tanpa gejala tersebut merupakan satu dari dua anak di kelompok itu.