Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Sungai di Sidoarjo Berbau Tidak Sedap dan Mengeluarkan Busa

Kompas.com - 19/01/2020, 19:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Akun resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, @BNPB_Indonesia mengunggah video yang menampilkan gumpalan busa di salah satu sungai di Sidoarjo pada Sabtu (18/1/2020).

Adapun dalam video berdurasi 34 detik ini juga ditampilkan busa-busa tersebut berdiam di tempat dan sebagian terbang karena angin.

Admin BNPB Indonesia menyebutkan bahwa busa tersebut juga berbau tidak sedap.

"Sungai di Desa Sumput Kec. Sidoarjo Kab. Sidoarjo mengeluarkan busa dan bau yang tidak sedap. Saat ini sudah ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sidoarjo," tulis akun BNPB Indonesia dalam twitnya.

Hingga kini video itu telah ditonton sebanyak lebih dari 60.000 penayangan dan telah disukai 703 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Puluhan Ton Ikan Nila di Keramba Jala Apung Sungai Tamiyang Kalsel Mati Mendadak

Penjelasan BNPB

Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusatinkom) BNPB, Agus Wibowo menjelaskan bahwa sumber dari kemunculan busa itu akibat dari limbah pabrik yang berlokasi dekat sungai di Desa Sumput, Kabupaten Sidoarjo.

"Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidoarjo limbah itu berasal dari industri pabrik karton," ujar Agus saat dikonfirmasi Kompas.com pada Minggu (19/1/2020).

Menurutnya, kasus sungai yang mengeluarkan busa ini sering terjadi di daerah tersebut.

Berbau tidak sedap

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Agus mengungkapkan bahwa aroma tidak sedap yang tercium merupakan imbas dari pembuangan limbah perusahaan.

Oleh karena itu, dilakukan upaya pemberian bahan kimia (chemical) guna membunuh bakteri dan lumut, menjernihkan air, serta membuat air menjadi tidak berbau.

"Jika tidak diberi chemical akan lebih berbahaya. Dampak dari penggunaan chemical tersebut adalah jika terkena tekanan air yang deras memang menimbulkan busa putih," ujar Agus.

Disebutkan pula bahwa chemical yang digunakan untuk menjernihkan air itu masih dalam batas aman bagi makhluk hidup dan ekosistem sungai.

"Kalau chemical itu terlalu banyak dan terkena kulit dapat menimbulkan merah-merah," lanjut Agus.

Baca juga: Protes Bau Menyengat Limbah Pabrik, 40 Warga Bermalam di Rumah Dinas Bupati

Sudah ditangani

Saat ini, kasus sungai berbusa sudah ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo.

Berdasarkan informasi dari BPBD Kabupaten Sidoarjo terkait sungai berbusa di Desa Sumput, Kecamatan Sidoarjo, pihaknya telah melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

Agus juga menyampaikan bahwa tidak ada masyarakat yang terdampak dengan adanya pencemaran limbah perusahaan ini.

"Tidak ada masyarakat terdampak," terang Agus.

Untuk perkembangan kondisi sungai masih dalam pemantauan DLH dan tim BPBD Kabupaten Sidoarjo dan dibantu Polsek Sidoarjo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com