KOMPAS.com - Ratusan nelayan yang biasanya hanya melaut di perairan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa antusias diberangkatkan ke Natuna.
Seperti contohnya nelayan di Juwana, Kabupaten Pati. Mereka mengaku siap jika dimobilisasi untuk melaut di perairan yang juga diperebutkan oleh China itu.
Menurut mereka, melaut di Natuna akan mendapatkan hasil yang lebih banyak dibandingkan di perairan utara Jawa.
Hal itu diungkapkan Ketua Paguyuban Mina Santosa, Juwana Pati, Heri Budiyanto kepada Kompas.com, Rabu (8/1/2020).
"Kami siap mendukung pemerintah ke Natuna. Apalagi hasilnya lebih tinggi di sana," kata Heri.
Meskipun hasil yang didapatkan lebih tinggi, Heri enggan merinci perbandingan pendapatan ikan di Pantura dengan di Natuna.
Heri mengatakan, sebelumnya beberapa nelayan dari Juwana juga pernah melaut hingga ke Perairan Natuna. Namun jaminan keamanan tidak ada saat itu.
Baca juga: Menyelisik Klaim China atas Laut Natuna...
Menurutnya ada sekitar 100 kapal dari Juwana berukuran 60 Gross Ton (GT) yang siap berangkat.
Jumlah itu bisa bertambah lima kali lipat jika ditambah dengan nelayan dari Pantura.
Namun, untuk nelayan Pantura yang hendak melaut ke Natuna tidaklah mudah. Untuk perjalanan saja memerlukan waktu lima hari dan biayanya pun tidak sedikit.
Menurut Heri, kapal ukuran 60 GT perlu biaya Rp 80 juta. Tetapi, dengan kapasitas 60 GT, setiap kapal diperkirakan bisa mendapat 40 ton ikan dari Natuna.
"Tapi yang utama bagi kami ketersedian BBM, es dan jaminan keamanan selama melaut," tuturnya.
Heri bersama ratusan perwakilan nelayan sebelumnya diundang Menko Polhukam Mahfud MD di Jakarta, Senin (6/1/2020).
Dalam pertemuan itu, Mahfud menyebut akan mengirim 120 nelayan dari pantai utara Pulau Jawa ke perairan Natuna.
Pengiriman itu sebagai upaya menjaga kedaulatan wilayah Indonesia. Terutama di Natuna yang sedang bersitegang dengan China.