KOMPAS.com - Sosok Erick Thohir belakangan menjadi perhatian banyak pihak, karena melakukan serangkaian gebrakan di tubuh perusahaan negara usai resmi dilantik menjadi Menteri BUMN, 23 Oktober silam.
Beberapa gebrakan yang dilakukan Erick antara lain adalah mengangkat sosok kontroversial Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi Komisaris Utama PT Pertamina.
Selain itu, ia juga memangkas seluruh pejabat Eselon 1 yang dipilih pada era menteri sebelumnya.
Terakhir, Erick juga kembali disorot setelah memastikan akan memberhentikan Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara dan sederet pihak terkait setelah diketahui menitipkan barang-barang mewah di penerbangan nonkomersil pesawat baru Garuda Indonesia jenis Airbus A330-900 Neo.
Semua gebrakan itu lantas banyak disebut sebagai aksi sikat bersih BUMN ala Erick Thohir.
Sebenarnya tidak mengherankan ketika sosok Erick Thohir melakukan gebrakan-gebrakan semacam ini.
Menilik perjalanan kariernya, Erick memang sudah terbiasa duduk di posisi pemimpin dalam sejumlah perusahaan atau tim besar yang dipimpinnya.
Baca juga: Sama-sama Ditunjuk Jokowi, Beda Sikap Rini dan Erick Thohir terhadap Garuda
Erick Thohir diketahui sebagai sosok pendiri sekaligus mantan Komisaris Utama sebuah perusahaan media dan hiburan bernama Mahaka Media.
Secara spesifik, Mahaka Media memiliki kekuatan di bidang penyiaran, percetakan & publikasi, online dan perusahaan pemasaran.
Perusahaan ini membuat, menjual, mengumpulkan, juga mendistribusikan konten-konten komunitas melalui berbagai macam platform.
Beberapa brand yang ada di bawah naungan perusahaan dengan kode ABBA di IDX ini adalah Republika, Gen FM, Prambors FM, Jak TV, Raja Karcis, dan lain-lain.
Setelah resmi ditunjuk sebagai pembantu presiden untuk menjadi Menteri BUMN, pria kelahiran 30 Mei 1970 itu pun mengajukan surat pengunduran dirinya dari posisi Komisaris Utama Mahaka.
Baca juga: Profil Erick Thohir, Menteri BUMN
Selain itu, Erick Thohir juga pernah tercatat sebagai bos dari Inter Milan dengan kepemilikan saham mayoritas di klub bola asal Italia tersebut.
Ia tercatat membeli Inter Milan pada Oktober 2013 dari Massimo Moratti dan menjabat sebagai Presiden Klub.
Namun, saham itu ia lepas kepada Suning Commerce Group pada tahun 2016 dengan besaran transaksi mencapai 307 juta dolar Amerika.