Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Buruk Pemanasan Global (1): Jakarta Hingga Markas Facebook Tenggelam

Kompas.com - 08/12/2019, 18:17 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Sumber Time

KOMPAS.com - Masjid Wall Adhuna di Muara Baru, Jakarta Utara, pantas menjadi relik dari abad 20. Pasalnya, sudah nyaris satu dekade masjid tersebut terendam air laut.

Di kawasan Muara Baru, pemandangan ini bisa ditemui dengan mudah. Rumah-rumah yang tadinya dihuni, kini sudah tenggelam.

Bangunan-bangunan ini berada di balik tembok besar yang kini membatasi tanah yang tenggelam dengan tanah yang masih jadi permukiman. Hanya tembok itu yang mampu menahan kawasan Muara Baru tenggelam sepenuhnya.

Saat ini, Jakarta adalah kota yang paling cepat tenggelam. Organisation for Economic and Cooperation Development (OECD) dalam Green Growth Policy Review (GPPR) 2019 mencatat, permukaan tanah area-area pesisir Jakarta turun sampai empat meter hanya dalam 40 tahun terakhir.

Baca juga: Saksi Rasakan Getaran Saat Tanggul Laut NCICD di Muara Baru Roboh

Ketika tahun lalu Prabowo Subianto membuat heboh dengan mengatakan Jakarta akan tenggelam pada 2025, ia tak berbohong.

Berbagai penelitian dan modelling, salah satunya dari Institut Teknologi Bandung (ITB), memprediksi lima tahun lagi, seperempat wilayah Jakarta akan dibanjiri air laut.

Langkah Presiden Joko Widodo memindahkan ibu kota boleh jadi tepat. Namun ia juga harus memboyong 10 juta penduduk Jakarta.

Sebab seluruh, jika tidak sebagian besar Jakarta, akan benar-benar tenggelam pada 2050. Penyebabnya, penyedotan air tanah yang masif selama puluhan tahun.

Upaya mengurangi air tanah yang digencarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan boleh jadi terlambat. Itu tak akan menghentikan Jakarta tenggelam pada 2050.

Baca juga: Indonesia dan Negara Ini Terancam Tenggelam pada 2050

Selain penurunan muka air tanah, tenggelamnya Jakarta juga disebabkan kenaikan air laut. Masalah ini tak hanya dihadapi Jakarta.

Pemanasan global

Pemanasan global yang sedang terjadi saat ini lebih buruk dari yang Anda bayangkan. Karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya sudah menambah suhu bumi hingga 1,1 derajat celsius lebih panas dibanding sebelum masa industri (1850).

Dikutip dari The Uninhabitable Earth: Life After Warming (2019), ini semua terjadi begitu cepat. Produksi karbon saat ini 100 kali lebih tinggi dibanding sebelum era industri.

Bahkan, lebih dari setengah CO2 yang dilepas ke atmosfer saat ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil selama 30 tahun terakhir.

Akibatnya, es di dua kutub bumi meleleh dengan cepat, melebihi prediksi ilmuwan. Pada 2017, terungkap bahwa dua gletser di Antartika Timur meleleh hingga 18 juta ton per tahun.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Indonesia bila Seluruh Es Kutub Meleleh?

Hal yang sama terjadi di Greenland. Es di sana meleleh hampir sejuta ton setiap harinya. Karbon dioksida yang dihasilkan dari seorang warga Amerika Serikat saja, mampu melelehkan 10.000 ton es di Antratika setiap tahunnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com