KOMPAS.com – Erupsi Gunung Merapi 9 tahun lalu, 26 Oktober 2019, menyisakan kisah pilu. Letusan kala itu bahkan disebut sebagai letusan yang lebih besar dari letusan hebat yang terjadi pada 1872.
Puluhan orang meninggal dunia, termasuk juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
Kala itu, sebelum meletus, status Gunung Merapi naik dari Siaga menjadi Awas.
Potret ganasnya wedhus gembel yang meluluhlantakkan perkampungan warga Lereng Merapi saat itu, kini terekam di salah satu tempat yang disebut dengan Musem Sisa Hartaku.
Museum Sisa Hartaku juga diberi nama The House of Memory. Namun, kini lebih dikenal dengan sebutan Museum Sisa Hartaku.
Museum Sisa Hartaku merupakan rumah milik Sriyanto.
Nama tersebut sekaligus refleksi bahwa tempat ini menyimpan berbagai harta benda, sisa keganasan erupsi Merapi 2010.
Museum Sisa Hartaku berdiri di atas bangunan berupa rumah, dengan tembok-tembok yang tampak seperti bekas terbakar.
Pada 2010, saat erupsi terjadi, rumah itu dilewati aliran wedhus gembel.
Pada bagian luar museum, wisatawan akan melihat tulang-belulang hewan ternak yang ketika terjadi letusan tak bisa menyelamatkan diri.
Baca juga: Omahku Memoryku, Penyimpan Memori Bencana Merapi 2010
Beberapa puing-puing bekas sepeda motor yang rusak akibat panasnya lahar Merapi juga terpasang di sisi depan rumah.
Saat memasuki area dalam rumah, sebuah jam dinding usang nyaris meleleh, terpajang di dinding.
Jam tersebut menjadi saksi waktu kejadian bencana Merapi 2010.
Benda-benda seperti ember, gelas, serta berbagai peralatan rumah dari berbagai bahan seperti plastik, kaca, stainless juga tak luput dalam kondisi nyaris meleleh.