Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membayangkan Legacy Jokowi (1): Setelah Infrastruktur, Bangun SDM dan Pindahkan Ibu Kota

Kompas.com - 26/10/2019, 06:00 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Infrastruktur yang dinilai sebagai keberhasilan Presiden Joko Widodo di periode pertama, tak akan jadi perhatian besar lagi di periode kedua.

Di periode keduanya, Jokowi memilih untuk fokus memperbaiki sumber daya manusia (SDM).

"Lima tahun ke depan yang ingin kita kerjakan, pertama, pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita," kata Jokowi dalam pidatonya usai pelantikan, Minggu (20/10/2019).

Pilihan memproritaskan SDM ini memang sudah waktunya. Sebab dibanding negara-negara lain, Indonesia jauh tertinggal.

Di saat Jokowi sudah sering menyinggung revolusi industri 4.0, masih banyak anak di pelosok yang belum mengenyam pendidikan yang layak.

Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia 2017, pembangunan manusia Indonesia masih tergolong payah. Indonesia menempati peringkat 116 dari 189 negara. Jauh dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina.

Memetik bonus demografi

Di era Jokowi, harusnya pertumbuhan ekonomi melesat kencang. Sebab, pengendalian penduduk lewat kelahiran berencana (KB) yang diwarisi Soeharto telah mengantarkan Indonesia ke bonus demografi.

Bonus demografi terjadi ketika penduduk usia kerja meledak, komposisi penduduk orangtua dan anak-anak mengecil. Mereka yang bekerja menanggung beban ekonomi lebih sedikit dibanding orang zaman dahulu.

"Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini, kita sedang berada di puncak bonus demografi," kata Jokowi.

Ekonom demografi Universitas Indonesia Sri Moertiningsih Adioetomo--atau akrab dipanggil Prof Tuning--yang mencetuskan konsep bonus demografi, mengatakan, kesempatan emas ini hanya terjadi sekali dalam sejarah bangsa Indonesia.

"Bonus demografi mundur menjadi terbukanya sampai tahun 2040. Waktu saya cetuskan tahun 2005, tingkat kelahiran menurun drastis, tetapi sejak tahun 2003-2012 stagnan, enggak turun lagi. Ini dampak jangka panjang krisis moneter 1998," kata Tuning kepada Kompas.com, Senin (21/10/2019).

Di era Presiden Jokowi, diharapkan momentum ini dipersiapkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Ekonomi bisa tumbuh positif jika pendapatan per kapita meningkat. Pendapatan per kapita bisa naik jika tenaga kerjanya mempunyai pekerjaan yang layak dan produktif.

"Andai kata kualitas pekerja ini bagus, produktif, dan berdaya saing, maka bonus demografi membantu memicu pertumbuhan ekonomi," kata Tuning.

Sarjana pengangguran

Pendidikan menjadi modal pekerja yang berkualitas. Bagaimana kualitas pendidikan kita saat ini?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Tren
Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Tren
Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Tren
Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Tren
Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Tren
Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Tren
Mengenal 'Holiday Paradox', Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Mengenal "Holiday Paradox", Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Tren
Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Tren
Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Tren
3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

Tren
4 Fakta Istri Dokter TNI Jadi Tersangka Usai Ungkap Perselingkuhan Suaminya

4 Fakta Istri Dokter TNI Jadi Tersangka Usai Ungkap Perselingkuhan Suaminya

Tren
Aksi Heroik Karyawan Alfamart Semarang Kejar Pencuri hingga Terseret ke Aspal Diganjar Kenaikan Jabatan

Aksi Heroik Karyawan Alfamart Semarang Kejar Pencuri hingga Terseret ke Aspal Diganjar Kenaikan Jabatan

Tren
Buka mudikgratis.dephub.go.id, Motis Arus Balik 2024 Sudah 93 Persen

Buka mudikgratis.dephub.go.id, Motis Arus Balik 2024 Sudah 93 Persen

Tren
Biaya Kuliah Kedokteran UGM, UI, IPB, Undip, dan Unair Jalur SNBT 2024

Biaya Kuliah Kedokteran UGM, UI, IPB, Undip, dan Unair Jalur SNBT 2024

Tren
Viral, Video Ibu-ibu Makan Lesehan di Bandara Changi Singapura, Bagaimana Aturannya?

Viral, Video Ibu-ibu Makan Lesehan di Bandara Changi Singapura, Bagaimana Aturannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com