KOMPAS.com - Sejumlah upaya dilakukan Kementerian Pertanian untuk mencegah dan mengawasi penyebaran virus demam babi Afrika atau African Swine Fever.
African Swine Fever (ASF) merupakan virus berbahaya yang menyerang babi dengan tingkat kematian 100 persen.
Selain melalui daging olahan dari luar negeri, penyebaran virus ASF juga bisa disebabkan oleh sisa makanan yang dibeli dari luar negeri dan sampah yang dihasilkan dari makanan instan dari luar negeri.
Hingga saat ini, virus ASF telah menyebar di beberapa negara Asia.
Berikut daftar negara yang terlah terjangkit virus ini, dikutip dari situs resmi Food and Agriculture Organization for The United Nations:
Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan Korea Selatan telah mengonfirmasi adanya virus ASF sejak 17 September 2019.
Total sebanyak 7 kasus telah terjadi di Gyeonggi (4) dan Incheon City (3).
Akibatnya, lebih dari 10 ribu babi mati karena virus ini.
Baca juga: Waspada Penyebarannya, Ini yang Perlu Diketahui soal Demam Babi Afrika
Untuk menanganinya, Pemerintah Korea Selatan telah menginstruksikan desinfeksi secara intensif di peternakan dan fasilitas lain terkait ternak.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengeluarkan larangan pakan babi (swill) secara nasional, membatasi masuknya dokter hewan ke peternakan babi di daerah Gyeonggi-Gangwon, kecuali untuk tujuan perawatan hewan yang sakit.
Perdana Menteri memimpin langsung pertemuan dengan pemerintah daerah, koperasi tani dan serikat pekerja untuk merespon virus ASF ini dengan serius.
Ada empat area kontrol utama yang telah ditetapkan, yaitu Provinsi Gyeonggi Utara, Provinsi Gangwon Utara, Provinsi Gyeonggi Selatan, dan Provinsi Gangwon Selatan.
Sejak 3 Agustus 2018, Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan (MARA) China telah mengonfirmasi adanya virus ASF ini.
Tercatat ada 158 kasus terdeteksi di 32 provinsi. Pemerintah kemudian memusnahkan 1.170.000 babi untuk menghentikan penyebaran virus ini.
Selain itu, MARA juga memperbarui aturan tentang rumah pemotongan babi.
Baca juga: Waspada, Virus Demam Babi Afrika Menyebar Melalui Daging Olahan Impor