Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seputar G30S/ PKI (4): Misteri Dewan Jenderal dan Ujung Perjalanan DN Aidit di Sumur Tua

Kompas.com - 30/09/2019, 17:00 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Sebelum melanjutkan membaca silakan baca serial pertama, kedua, dan ketiga.
___________________________

KOMPAS.com - Nama Dipa Nusantara (DN) Aidit identik dengan peristiwa Gerakan 30 September. Ia disebut sebagai dalang.

Benarkah Partai Komunis Indonesia (PKI) memberontak dan melakukan kudeta pada 1965? Di mana Aidit pada malam berdarah itu?

Bagaimana nasibnya kemudian?

Menjelang peristiwa G30S, Aidit adalah sosok yang sangat berpengaruh.

Selain mengomandoi partai dengan jutaan pengikut di seluruh Indonesia, Aidit sangat dekat dengan Presiden Soekarno. Ia pernah menjabat Menteri Koordinator dan Wakil Ketua MPRS.

Masuknya PKI dalam pusaran politik nasional membuat cita-cita revolusi menuju masyarakat komunis tak lagi menjadi agenda utama. Di bawah Aidit, kesuksesan PKI membuat banyak pihak cemburu.

Salah satunya datang dari Angkatan Darat yang kala itu juga sangat berkuasa.

Peristiwa G30S boleh jadi dipicu dari kabar burung yang mengatakan adanya sekelompok jenderal atau Dewan Jenderal yang hendak mengudeta Presiden Sukarno. Hingga kini keberadaan Dewan Jenderal itu adalah misterius.

Peter Kasenda dalam Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016) menulis, Aidit memimpin badan rahasia dalam PKI dengan nama Biro Chusus (BC) PKI.

Badan ini dirancang sebagai intelijen yang menghimpun informasi dari para perwira militer simpatisan PKI.

Pada zamannya, tiap partai dan kelompok politik punya jaringan serupa dalam militer.

Informasi dari BC PKI penting untuk menentukan apakah PKI akan bertindak sebelum kudeta terjadi atau menunggu.

Berdasarkan rapat dengan para perwira militer, Kepala BC PKI Syam Kamaruzaman menyimpulkan pihak militer siap melancarkan langkah untuk mencegah kudeta terjadi.

Sayangnya, persiapan tak dilakukan dengan matang. PKI mengira pihaknya hanya membantu tentara. Sebaliknya, tentara mengira mereka hanya mengikuti PKI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com