Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Fenomena Kisah Viral Berkedok Jualan, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 20/09/2019, 05:53 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Rekaman video ibu-ibu yang bertengkar karena rebutan rendang saat acara hajatan ramai diperbincangkan publik baru-baru ini.

Video yang beredar luas tersebut awalnya tersebar di media sosial sejak Senin (16/9/2019).

Beberapa warganet menduga bahwa adegan tersebut merupakan salah satu aksi yang akan ditampilkan pada video iklan produk penyedap makanan, Sasa.

Dilansir dari akun resmi Instagram Sasa, @kreasisasa, terlihat video utuh dari video promosi Sasa yang juga menampilkan adegan rebutan rendang persis seperti yang viral di media sosial.

Meski begitu, video tersebut telah disukai dan dibagikan ke pengguna media sosial lainnya sebanyak 30.000 kali.

Sebelumnya, kisah viral KKN Di Desa penari juga akhirnya berujung pada penerbitan dan penjualan novel dengan judul yang serupa.

Lantas, mengapa orang-orang atau oknum tertentu melakukan promosi dengan kisah viral terlebih dahulu di media sosial, sebelum produk itu diluncurkan?

Pengamat media sosial, Iwan Setyawan menilai cerita atau video viral yang tersebar memunculkan kesadaran (awareness) terhadap hal tertentu dengan cepat.

"Kejadian ini bisa terjadi karena sesuatu yang alami atau memang melalui proses produksi cerita atau video yang direncanakan," ujar Iwan saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/9/2019).

Menurutnya, untuk mencapai tingkat kesadaran yang tinggi ditengah banjirnya berita, melakukan promo di media sosial tidaklah mudah.

"Oleh karena itu, sesuatu yang viral adalah jalan yang paling cepat untuk meraih awareness yang tinggi," kata dia.

Baca juga: Viral Jadi Rebutan Emak-emak, Berikut Cerita Rendang hingga Jadi Masakan Populer

Ide promosi

Adapun Iwan menyampaikan bahwa fenomena promosi ini bisa didasari dengan dua hal, yakni mengadaptasi versi cerita yang viral untuk kepentingan brand atau memang sengaja memproduksi cerita atau video yang berpotensi viral, dengan tujuan mengenalkan nilai brand tersebut.

Selain itu, Iwan mengungkapkan bahwa promosi dengan mengandalkan awareness saja tidaklah cukup.

Awareness dasar hanya membuat orang tahu, mengenal brand saja, namun belum cukup untuk membuat orang mencoba atau membeli produk tersebut.

"Butuh awareness yang kuat, yang akan membawa orang untuk mempertimbangkan, mencoba atau untuk membeli produk tersebut," ujar Iwan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com