Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Futurismo: "Artificial Intelligence" dan "Superficial Anxiety"

Kompas.com - 03/09/2019, 07:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

FRANK PEELEN ikut menonton perdebatan antara Elon Musk, pendiri Tesla dan Space-X, dan Jack Ma, bos dan pendiri Alibaba group.

Diskusi yang difasilitasi oleh BUMN China, China Global Television Network (CGTN), dalam event World Artificial Intelligence Conference di Shanghai berkembang jadi perdebatan sengit di antara keduanya.

Yang dibahas isu sederhana, dan juga bukan isu baru, kira-kira begini: apakah AI (artificial intelligence) akan bermanfaat bagi umat manusia, atau sebaliknya mengancam eksistensi manusia dan dinamika kesehariannya.

Meski menikmati panas-dinginnya debat, Frank Peelen mengeluhkan satu hal, "Diskusi ini benar-benar perlu seorang moderator!"

Frank Peelen benar dalam satu hal. Dalam tataran diskusi publik, kesimpulan yang diciptakan oleh pandangan ekstrem sebaiknya ditunda dulu.

Namanya juga moderating, yang secara fair dan rasional semestinya memberikan ruang bagi berbagai wacana, gagasan, dan pandangan untuk beradu sebelum topik utamanya mencapai klimaksnya.

Oh, jadi perdebatan mengenai AI belum mencapai klimaksnya? Tentu saja belum. AI, sejauh mana ia mengancam?

Musk yang berambisi menaklukkan Mars menekankan pada betapa berbahayanya berpikir sempit bahwa AI adalah smart human.

Menurutnya, cara kebanyakan kita dalam memahami AI kira-kira satu pola dengan cara simpanse memahami manusia. Tentu tidak sesederhana itu.

Musk memikirkan kemungkinan-kemungkinan saat AI justru berbalik mengendalikan keseharian kehidupan manusia.

Bila pembaca ingin mendapatkan visualisasi dari pandangan Musk ini, tontonlah film lama Lawnmower Man (1992), yang naskahnya ditulis oleh Brett Leonard dan Gimel Everett.

Itu film fiksi ilmiah yang ditayangkan di bioskop 27 tahun lalu! Kira-kira sepurba itulah diskursus tentang AI yang jahat direpresentasikan. Tak lama kemudian semuanya berubah.

Sepuluh tahun terakhir ini Anda akan mendapati diskursus tentang AI menjadi lebih melunak.

Tontonlah Iron Man dengan Jarvis-nya (mulai 2008), Ex Machina (2014), atau Chappie (2015). Di sana seolah ingin disampaikan bahwa AI adalah masa depan kebahagiaan umat manusia.

Dan, inilah yang mungkin menjadi cara pandang Jack Ma. Jack Ma melihat bahwa AI tak akan pernah bisa mengusik dinamika keseharian manusia, bahkan--secara positif--mempermudah kehidupan umat manusia.

Tampak seperti pepatah platonik, tetapi cara Jack Ma menyampaikan pandangannya sungguh manusiawi. Bila sampai AI memberikan indikasi akan membahayakan umat manusia, tentu manusia sudah pasti akan mengetahuinya lebih dulu. Debatable.

Dalam sebuah pertemuan Forum AI Society Indonesia yang saya ikuti belum lama ini di Jakarta, kebanyakan dari kami sepakat bahwa kemajuan AI bukanlah ancaman, bahkan mempermudah pekerjaan manusia.

Soal bakal hilangnya pekerjaan dan profesi, itu pun dikesampingkan dengan pergeseran secara alamiahnya fungsi serta cara kerja manusia bersama dengan "mesin-mesin AI". Machines evolve, so do humans!

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com