Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Justinian, Pandemi yang Menewaskan Separuh Populasi Dunia

Kompas.com - 04/05/2023, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Wabah Justinian merupakan satu dari tiga pandemi paling mematikan yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis.

Wabah ini menyebar pada abad ke-6, tepatnya ketika Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantim) berada di bawah pemerintahan Kaisar Justinian I (527-565).

Wabah pertama kali muncul di Konstatinopel pada 542, dan segera setelah itu menyebar ke wilayah Eropa, Asia, dan Afrika Utara.

Hanya dalam beberapa tahun, Wabah Justinian menewaskan sekitar 30-50 juta orang, mungkin setengah dari populasi dunia saat itu.

Jumlah korban tersebut menjadikan Wabah Justinian sebagai pandemi terburuk pertama yang tercatat dalam sejarah.

Baca juga: Black Death, Pandemi Paling Mematikan dalam Sejarah

Asal Wabah Justinian

Melansir World History, bakteri Yersinia pestis penyebab Wabah Justinian berasal dari China dan timur laut India.

Dari tempat tersebut, bakteri Yersinia pestis yang dibawa tikus hitam menyebar melalui jalur perdagangan darat dan laut yang menuju ibu kota Kekaisaran Bizantium di Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki).

Titik penyebaran wabah adalah Mesir, tepatnya di pantai utara dan timur Sungai Nil, kemudian ke berbagai wilayah Kekaisaran Bizantium.

Perubahan iklim yang ekstrem pada saat itu, yang menyebabkan banyak orang kedinginan dan kelaparan, menjadi kondisi yang sempurna bagi wabah untuk menjadi pandemi.

Wabah mencapai Konstantinopel pada 542, setahun setelah kemunculannya di sejumlah wilayah kekaisaran.

Nama wabah ini diambil dari nama Kaisar Bizantium saat itu, yakni Justinian I, yang berkuasa antara 527-565.

Kaisar Justinian I merupakan satu dari sedikit orang yang selamat setelah terjangkit wabah.

Baca juga: Sejarah Flu Spanyol, Pandemi Paling Mematikan pada Abad ke-20

Gejala dan penyebarannya

Sejarawan abad ke-6, Procopius, mencatat para korban Wabah Justinian menunjukkan sejumlah gejala.

Umumnya para korban mengalami delusi, mimpi buruk, demam, dan bengkak di beberapa area lipatan tubuh seperti ketiak, selangkangan, serta belakang telinga.

Daya tahan para korban juga beragam, ada yang meninggal segera setelah timbul gejala, ada yang mampu bertahan selama berhari-hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Alasan Masa Bercocok Tanam Dianggap sebagai Tonggak Kemajuan Manusia

Stori
Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Sejarah Pertempuran Selat Sunda

Stori
9 Kerajaan Islam di Papua

9 Kerajaan Islam di Papua

Stori
Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Kenapa Tan Malaka Dieksekusi Mati oleh Tentara?

Stori
Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Manusia Purba Pertama yang Memanfaatkan Api

Stori
Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Pengaruh Islam dalam Bidang Seni Tari dan Musik

Stori
Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Runtuhnya Kerajaan Yerusalem

Stori
Isi Piagam PBB

Isi Piagam PBB

Stori
Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Romukyokai, Panitia Pengelola Romusha

Stori
Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Mengapa Imam Hanafi Mendapat Gelar Ahlul Ra'yi?

Stori
Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Sejarah Salam Tempel, Tradisi Bagi Uang Saat Lebaran

Stori
Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Upacara Melasti, Ritual Penyucian Diri untuk Menyambut Nyepi

Stori
Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Strategi Perang Parit pada Perang Dunia I

Stori
10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

10 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Stori
Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com