KOMPAS.com - Serangan Umum 1 Maret 1949 dilakukan sebagai respons atas Agresi Militer Belanda II pada Desember 1948 yang berhasil merebut Yogyakarta, yang kala itu menjadi ibu kota Indonesia, serta propaganda politik Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang digagas dan dilaksanakan oleh sejumlah tokoh Indonesia, mampu menunjukkan bahwa TNI masih ada, sekaligus membawa dampak besar pada perjuangan RI di PBB.
Namun, berbagai sumber yang menceritakan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 sempat tidak kompak dalam menyebut siapa penggagasnya.
Sebagian menyebut penggagas Serangan Umum 1 Maret adalah Soeharto, sementara sebagian lainnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Lantas, siapa pencetus Serangan Umum 1 Maret?
Baca juga: Tokoh-tokoh Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan Umum 1 Maret dipimpin oleh sejumlah tokoh TNI, salah satunya Letkol Soeharto.
Dalam serangan ini, Soeharto menunjukkan kemampuannya sebagai pelaksana lapangan yang pandai melakukan manuver militer.
Berkat hasil gemilang Serangan Umum 1 Maret 1949, Jenderal Soedirman dalam suratnya kepada Nasution juga memberikan pujian kepada Soeharto dengan sebutan "bunga pertempuran".
Namun, kontroversi menyeruak manakala Soeharto dalam autobiografinya menunjukkan seolah-olah dirinya menjadi satu-satunya tokoh yang merancang Serangan Umum 1 Maret.
Narasi serupa juga ditemukan dalam film atau buku-buku terbitan periode Orde Baru.
Soedarisman Poerwokoesoemo, mantan Wali Kota Yogyakarta (1947-1966), dalam wawancara yang dimuat harian Suara Merdeka edisi 15 Oktober 1985 sempat mempertanyakan siapa yang menggagas Serangan Umum 1 Maret, apakah Soeharto, Bambang Soegeng, Jenderal Soedirman, Nasution, atau Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Baca juga: Serangan Umum 1 Maret 1949: Latar Belakang, Aksi, dan Dampak
Pertanyaan itu direspons Soeharto, yang mengatakan bahwa, "Kalau dia (Soedarisman) ragu-ragu bahwa yang mengambil inisiatif itu seorang Komandan Brigade, seorang bawahan saja, tanyakan saja pada yang bersangkutan, yang masih hidup. Apa pernah memberi komando Serangan Umum 1 Maret, atau tidak?"
Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang saat itu menjadi salah satu tokoh Serangan Umum 1 Maret yang masih hidup, cenderung diam tidak menanggapi.
Pengakuan Soeharto sebagai penggagas Serangan Umum 1 Maret terdapat dalam autobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, yang dipaparkan kepada G. Dwipayana dan Ramadhan KH.
Dalam pengakannya, Soeharto menyinggung terkait sulitnya menghubungi Panglima Besar Jenderal Soedirman yang tempat bergerilyanya tidak diketahui jelas.