Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarik Tambang, Olahraga Rekreasi Warisan Kolonial

Kompas.com - 24/12/2022, 14:34 WIB
Josephus Primus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tarik tambang adalah olahraga rekreasi yang favorit hingga kini.

Lazimnya, olahraga tarik tambang yang menempatkan dua kubu berlawanan untuk tarik-menarik tali tambang, menjadi acara perayaan peringatan Kemerdekaan HUT RI 17 Agustus.

Baca juga: Gubernur Sulsel Minta Semua Pihak Percayakan Penyidikan Kasus Tarik Tambang yang Tewaskan 1 Orang ke Polisi

Tarik tambang

Bupati Purworejo terjatuh saat mengikuti lomba tarik tambang pada Sabtu (20/8/2022)KOMPAS.COM/BAYUAPRILIANO Bupati Purworejo terjatuh saat mengikuti lomba tarik tambang pada Sabtu (20/8/2022)

Sumber literatur laman Kompas.com edisi 19 Desember 2022 menyebut bahwa olahraga tarik tambang hadir juga di berbagai perayaan komunitas.

Penelusuran menunjukkan bahwa olahraga tarik tambang mampir ke Indonesia saat penjajah kolonial Belanda hadir.

Riwayatnya menunjuk ada abad ke-18.

Tali tambang, oleh penjajah kolonial Belanda menjadi alat yang setiap kali berguna untuk menarik benda berat.

Misalnya, untuk menarik batu, gerobak pasir, dan beban lainnya.

Jauh sebelum penjajah Belanda memperkenalkan tali tambang, budaya China kuno sudah karib dengan tali tambang.

Tali tambang di China ada sejak abad ke-8 SM di masa Dinasti Tang.

Selain di China, tali untuk tarik tambang ada di India dan Mesir.

Tarik tambang di China adalah sarana berlatih tentara.

Lama kelamaan, tarik tambang menjadi olahraga masyarakat kebanyakan.

Lantas, tali tambang bertambah fungsinya sebagai alat olahraga rekreasi.

Tarik tambang memerlukan arena yang memadai semisal panjang 15 meter lebih.

Lebar lapangan diperkenankan mulai 5 meter.

Lapangan laga mesti datar dan berbahan dasar tidak keras.

Pemenang tarik tambang adalah tim yang berhasil menarik tambang yang dipertahankan lawan, masuk ke areanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com