KOMPAS.com - Moerdiono merupakan salah satu tokoh militer, khususnya TNI Angkatan Darat, yang berperan dalam membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Moerdiono menulis Surat Keterangan (SK) Pembubaran PKI berdasarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar sebagai landasan hukum.
Pascaruntuhnya kekuasaan Orde Lama, Moerdiono memiliki karier cemerlang bersama dengan Orde Baru.
Baca juga: Biografi Raden Saleh: Sang Pelukis Raja
Satu hal yang paling dikenal dari Moerdiono adalah cara ia berbicara di depan publik.
Moerdiono lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 19 Agustus 1934.
Ia merupakan lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang pada 1957. Ketika itu, Moerdiono baru berusia 23 tahun.
Kemudian, Moerdiono bersama Safroedin Bahar berlatih di Sekolah Calon Perwira (Secapa) di Yogyakarta pada 1959.
Ia masuk ke Secapa karena saat itu militer membutuhkan ahli administrasi.
Setelah selesai, Moerdiono mendapat pangkat Mayjen atau Mayor Jenderal.
Moerdiono kemudian melanjutkan kariernya di Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta pada tahun 1967.
Pada 1966, pasca-G30S, karier Moerdiono mulai bersinar. Kegagalan G30S dan semakin kuatnya Angkatan Darat membuat Moerdiono terlibat dalam sejarah Indonesia.
Saat itu, Moerdiono menjadi staf dari Letnan Kolonel Sudharmono di Penguasa Perang Tertinggi (Peperti).
Ia berperan dalam membuat SK pembubaran PKI berdasarkan Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret.
Moerdiono berada di bawah pimpinan Soedharmono hingga 1970-an.
Pada 1972, ia menjabat sebagai Sekretaris Presiden dalam Kabinet Ampera.