KOMPAS.com - Di Asahan, Sumatera Utara, sagu menjadi makanan pokok pengganti nasi.
Adapun legenda awal mula sagu dijadikan sebagai makanan pokok adalah terjadinya paceklik panjang di Asahan.
Dikisahkan, ada sepasang kekasih bernama Rumbia dan Serindan. Rumbia yang merupakan seorang wanita rela berkorban demi memutus paceklik negerinya.
Suatu ketika, setelah bersemedi, Rumbia berubah menjadi pohon sagu yang sangat besar hingga mampu memenuhi kebutuhan negerinya.
Baca juga: Panglima Polem IX: Asal-usul dan Peran Melawan Belanda
Mulai saat itulah, sagu menjadi bahan makanan pokok pengganti nasi di Asahan.
Dalam kisah legenda, dahulu kala, di Asahan, hiduplah keluarga bahagia yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang putri mereka, yakni Rumbia dan Enau.
Dua orang putri itu sangatlah cantik. Rumbia merupakan anak sulung dan Enau adalah anak bungsu.
Setiap ada pesta adat, mereka berdia selalu hadir dengan ditemani oleh seorang laki-laki bernama Serindan yang merupakan seorang putra raja.
Kedekatan Rumbia dan Serindan membuat orang tua mereka sepakat untuk menjodohkan anak-anaknya.
Pernikahan Rumbia dan Serindah pun direncanakan dilaksanakan dua tahun setelah pertunangan mereka.
Suatu ketika, negeri tempat mereka tinggal dilanda paceklik yang sangat panjang. Padi dan beberapa tanaman lain tidak mau tumbuh.
Konon, menurut ahli nujum dan para datu, paceklik yang membuat bencana kelaparan hanya mampu diselesaikan apabila ada orang yang rela berkorban.
Seorang gadis harus bersemedi di dalam gua untuk mendapat petunjuk.
Adapunpetunjuk itu harus dilaksanakan dan tidak boleh diceritakan kepada orang lain, kecuali kepada datu dan seorang kepercayaannya.
Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berani berkorban demi keselamatan orang banyak.